Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KETENAGAKERJAAN: Jumlah Pekerja di Sektor Pertanian Terus Menurun

BISNIS.COM, JAKARTA--Tren penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian menunjukkan belum adanya upaya maksimal pemerintah untuk mendorong keterhubungan antara sektor itu dan industri.

BISNIS.COM, JAKARTA--Tren penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian menunjukkan belum adanya upaya maksimal pemerintah untuk mendorong keterhubungan antara sektor itu dan industri.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak 39,96 juta orang pada Februari 2013, merosot dari  42,28 juta orang pada Februari 2011.

Ekonom INDEF Enny Sri Hartati mengatakan penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian disebabkan karena sektor tersebut kurang diminati. Pasalnya, sektor pertanian tidak memiliki nilai tambah dan berdaya saing lemah.

“Malaysia itu industri yang dibangun ada keterkaitan dengan pertanian, terutama perkebunan. Di Indonesia, karena tidak ada forward linkage yang bisa menghubungkan [pertanian] ke industri makanya orang malas meningkatkan pertanian,” katanya kepada Bisnis, Selasa (7/5/2013).

Selain itu, lanjut Enny, produk pertanian dalam negeri cenderung berdaya saing lemah karena tingkat produktivitasnya masih rendah dan industri jauh dari sumber bahan baku. Oleh karena itu, industri belum bisa memanfaatkannya.

Saat ini, jelasnya, industri lebih banyak memanfaatkan produk impor untuk memasok bahan baku produksinya. Hal tersebut menjadi masu akal jika melihat komposisi impor Indonesia masih didominasi oleh impor bahan baku/penolong.

Berdasarkan data BPS, komposisi impor bahan baku/penolong mencapai 73,1% dari total impor pada 2012. Adapun sepanjang kuartal I/2013, impor bahan baku/penolong mencapai 76,8% dari total impor.

Data BPS juga menunjukkan pertumbuhan sektor industri masih terlihat cukup baik. Sepanjang 2012, pertumbuhan sektor industri mencapai 5,73% year-on-year (yoy). Adapun pada kuartal I/2013, pertumbuhannya mencapai 5,84% yoy.

Menurut Enny, impor bahan baku/penolong sebaiknya dilakukan oleh industri yang berorientasi ekspor sehingga neraca perdagangan Indonesia tidak terlalu tertekan.

Namun seperti diketahui, belum pastinya kondisi perekonomian global menyebabkan sektor industri sulit untuk memiliki orientasi ekspor dan lebih menyasar pangsa pasar domestik. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan angka defisit. Pada kuartal I/2013, defisit neraca perdagangan masih tercatat sebesar US$67,5 juta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hedwi Prihatmoko
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper