Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inilah 2 Jurus Pemerintah Selamatkan Rupiah

Pekan depan, pemerintah segera mengeluarkan dua regulasi untuk mengantisipasi pelemahan rupiah yang sudah menyentuh angka Rp12.000.

Bisnis.com, BANDUNG- Pekan depan, pemerintah segera mengeluarkan dua regulasi untuk mengantisipasi pelemahan rupiah yang sudah menyentuh angka Rp12.000.

Pemerintah berjanji segera menurunkan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga Rp11.500 guna menstabilkan kegiatan industri.

“Kalau terus bertengger pada angka Rp12.000, impor untuk bahan baku akan menyebabkan cost kita meningkat,” kata Hidayat di sela-sela acara Diskusi Forum Menteri Perindustrian dengan Dunia Usaha dan Instansi Terkait di Bandung hari ini, Jumat (29/11).

Oleh sebab itu, lanjut Hidayat, pemerintah tengah fokus mengeluarkan dua regulasi baru. Pertama, Peraturan Menteri Keuangan tentang kenaikan PPh impor (untuk importir). Hal ini untuk mengurangi impor dan juga meningkatkan ekspor. “Ini ada kualifikasinya, untuk barang-barang konsumsi saja,” tambahnya.

Kedua, Peraturan Pemerintah berupa pemberian insentif agar pengusaha (eksportir) tidak mengalirkan dolarnya ke luar negeri lantaran dalam negeri membutuhkan dolar untuk menstabilkan rupiah. Bagi para pengusaha yang mendapat keuntungan di sini, jangan di bawa keluar, stay di sini dan nantinya akan diberi insentif.

“Soal PP nanti ya, masa PP mau dikeluarkan saya beri tahu sekarang. Dalam seminggu ini kami fokus mengeluarkan regulasi. Jadi, paket kebijakan yang Agustus itu akan diumumkan sekalian minggu depan.”

Adapun pengaruh pelemahan rupiah terhadap pertumbuhan industri, Hidayat belum bisa memastikannya. Menurutnya, pengaruh pasti ada, hanya saja dia berharap kondisi ini hanya sementara.

“Ini gejolak fluktuatif. Kami akan menurunkan kembali pada tingkat Rp11.500,” tambahnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan sektor manufaktur akan terkena dampak yang cukup besar dengan terjadinya pelemahan rupiah. Hal ini karena impor yang masih cukup tinggi. Menurutnya, kekhawatiran paling besar adalah sulitnya melakukan penjualan.

“Soalnya sekarang dolar sedang minim. Bulan ini penggunaan dolar cukup tinggi, seperti untuk bayar utang karena sudah akhir tahun, untuk membayar deviden, beli dolar untuk liburan, ini membuat dolar di pasar minim,” jelas Sofjan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper