Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tunggu Hasil Pemilu, Kredit ke Manufaktur Bakal Melambat

Penyaluran kredit perbankan ke industri manufaktur pada tahun ini diprediksi melambat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dan diperkirakan hanya tumbuh 15%.

Bisnis.com, JAKARTA - Penyaluran kredit perbankan ke industri manufaktur pada tahun ini diprediksi melambat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dan diperkirakan hanya tumbuh 15%.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan Muhammad Ishak mengatakan penyaluran kredit manufaktur yang melambat terutama pada saat sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum legislatif dan presiden.

Pelaku industri manufaktur diperkirakan masih menunggu pemenang Pemilu dan arah kebijakan yang akan diterapkan oleh partai maupun presiden mendatang.

"Ekonomi global juga belum membaik, baru Amerika Serikat yang mulai membaik didorong oleh penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia," katanya kepada Bisnis, Minggu (12/1/2014).

Menurutnya, pabrikan akan melihat pasar dunia yang mampu menyerap produksi manufaktur dari dalam negeri. Jika pasar dunia tidak mampu menyedot produk Indonesia, pelaku industri manufaktur dipastikan mengerem produksinya.

Dia memprediksi pertumbuhan kredit industri manufaktur tahun ini akan tergolong baik meskipun hanya tumbuh 15% dari tahun lalu. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh pemerintah hanya 5,5%-6,2%.

Tahun ini, sambungnya, merupakan tahun penyesuaian yang artinya akan ada perubahan kebijakan baik politik, ekonomi dan kebijakan lainnya.

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang mencapai 175 Bps sepanjang tahun lalu diprediksi turut menyumbang perlambatan laju kredit industri manufaktur. Begitu pula kondisi ekonomi global yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan dinilai mendorong perlambatan kredit industri manufaktur.

Perlambatan kredit industri manufaktur telah terjadi pada tahun lalu. Ishak menilai perlambatan itu bukan akibat perbankan yang mengerem penyaluran kredit industri manufaktur, tetapi lebih akibat pelaku industri yang mencoba 'wait and see'.

Pelaku industri diprediksi tidak mencari dana dari perbankan terlebih dahulu. Mereka menggunakan dana internal untuk melakukan ekspansi dan pengembangan perusahaan.

"Selain itu, sistem hukum di Indonesia belum menjamin pelaku industri manufaktur yang menyebabkan mereka mengerem produksi," paparnya.

Data Bank Indonesia menyebutkan, pertumbuhan kredit perbankan mulai melambat sejak Maret 2013. Pada bulan itu dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, tumbuh 22,2%. Sementara saat Juni, hanya 20,2%.

BI memprediksi dalam situasi sekarang, pertumbuhan kredit yang wajar adalah 18%-20%. Acuannya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya 5,8%-6,2%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper