Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Bakal Jadi 'Juara' di Asia, Ini Prediksi Analis

Ekonom memperkirakan rupiah menjadi juara di antara mata uang Asia lainnya tahun ini setelah terpuruk paling dalam tahun lalu.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan rupiah menjadi ‘juara’ di antara mata uang Asia lainnya tahun ini setelah terpuruk paling dalam tahun lalu, seiring dengan daya tahan ekonomi dan penyempitan defisit transaksi berjalan yang menarik aliran dana masuk.

Rupiah diprediksi menguat 6,8% pada 2014 ke Rp11.400 per dolar Amerika Serikat setelah melemah 21% tahun lalu, menurut Lloyds Banking Group Plc, yang memiliki estimasi paling dekat selama 4 kuartal terakhir menurut Bloomberg Rankings.

Bahkan, Societe Generale SA memprediksi rupiah di level Rp10.250 pada akhir tahun, jauh lebih optimistis dari estimasi median 23 analis yang disurvei Bloomberg, yakni Rp12.200 per dolar AS. Di antara 10 besar ekonomi di Asia, hanya mata uang China yang menguat lebih tinggi daripada Indonesia.

Defisit transaksi berjalan Indonesia melebar hingga mencapai rekor tertinggi pada kuartal II/2013 sebesar 4,4% terhadap produk domestik bruto, yang membuat kepercayaan investor runtuh sesaat setelah the Fed mengumumkan rencana pengurangan stimulus moneter.

“Kami pikir rupiah undervalued pada level ini. Nilai perdagangan baru-baru ini cukup positif. Kami juga memliki outlook yang lebih positif pada pertumbuhan global yang semestinya membantu pemulihan ekspor pada paruh kedua tahun ini,” kata Direktur Riset Global Lloyds Jeavon Lolay seperti dikutip Bloomberg, Kamis (16/1/2014).

Kurs rupiah yang sempat menyentuh Rp12.285 per dolar AS, depresiasi paling dalam selama 5 tahun terakhir, pada 7 Januari, telah mencapai Rp12.125 per dolar AS pukul 15.44 WIB menurut Bloomberg Dollar Index.

Menanggapi proyeksi ini, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan analisis itu wajar mengingat pasar  mulai melihat tanda-tanda perbaikan stabilitas sistem keuangan dan makroekonomi setelah BI melakukan pengetatan moneter.

Versi BI menyebutkan rupiah terkoreksi 26,27% ke level Rp12.160 per dolar AS per 31 Desember 2013.  “Karena mulai menunjukkan hasil itulah, mungkin itu yang membuat analisa rupiah mungkin bisa menguat pada 2014,” ujarnya.

BI, lanjutnya, akan terus menangani defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih berkelanjutan (sustainable), dalam arti mampu dibiayai oleh cadangan devisa.

Menurutnya, sepanjang indikator makroekonomi membaik, dengan sendirinya akan tercermin dalam kurs rupiah yang menguat.

BI memproyeksi defisit transaksi berjalan 2013 akan 3,5% terhadap PDB, lalu menciut ke bawah 3% pada 2014 dan 2% pada 2015

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper