Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asumsi Makro Bergeser, Pemerintah Kaji Revisi APBN 2014

Pemerintah tengah mengkaji kemungkinan mengajukan revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, terkait adanya beberapa pergeseran dalam asumsi makro yang telah ditetapkan.
Ilustrasi pergeseran asumsi ekonomi makro/JIBI
Ilustrasi pergeseran asumsi ekonomi makro/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah tengah mengkaji kemungkinan mengajukan revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014, terkait adanya beberapa pergeseran dalam asumsi makro yang telah ditetapkan.

Jika diperlukan, revisi APBN akan dilakukan paling cepat pada Mei 2014 atau setelah Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif.

"Jika diperlukan APBN-P (APBN Perubahan) paling cepat Mei (2014), karena ada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) baru kan pada  Mei,” papar Menteri Keuangan M. Chatib Basri sebagaimana dilansir laman Kemenkeu, Jumat (21/2/2014).

Menkeu menjelaskan berdasarkan pengamatan terkini, outlook asumsi APBN 2014 mengalami pergeseran dibandingkan pagu yang telah ditetapkan, dengan dua asumsi yang mengalami pergeseran yaitu nilai tukar rupiah dan lifting minyak.

Menurutnya, nilai tukar rupiah saat ini berada pada kisaran Rp11.500-Rp 12.000/US$ atau jauh dari asumsi APBN 2014 yang dipatok Rp10.500/US$. Depresiasi ini, lanjutnya, berpengaruh terhadap postur belanja dan pendapatan negara.

Terkait asumsi lifting minyak, Menkeu menjelaskan bahwa berdasarkan informasi dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dari hasil pertemuan dengan Komisi VII DPR, lifting minyak hanya akan mencapai 800.000- 830.000 barel per hari. Angka ini jauh lebih rendah dari asumsi makro dalam APBN 2014 yang ditetapkan 870.000 barel per hari.

Meskipun pada tahun depan ada kemungkinan terjadi peningkatan, lanjut Chatib, tetapi setelah 2015 lifting minyak diperkirakan akan mengalami penurunan.

Selanjutnya, pada 2020 Indonesia diperkirakan akan menjadi negara importir BBM permanen. Oleh karena itu, menurutnya, isu subsidi bahan bakar minyak menjadi krusial dan harus diselesaikan secepatnya.

“Gambaran ini akan berpengaruh terhadap APBN dan belanja K/L (kementerian/lembaga), maka pemerintah sekarang membahas secara intensif kemungkinan untuk APBN-P. Kami akan sampaikan secara resmi pada posisi yang lebih pasti,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper