Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Akuisisi BTN Bergaung Sejak 2006

Menjelang Pemilu Legislatif kemarin, informasi akuisisi BTN kembali santer. Bahkan, akibat berita itu, saham emiten berkode BBTN tersebut melonjak 13,81% atau 125 poin dalam waktu 3 hari yakni 5-7 Februari 2014.

Bisnis.com, JAKARTA—Isu akuisisi saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memang telah digaungkan sejak 2006. Pada Februari 2014, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., ingin mengakuisisi bank yang memiliki core bisnis KPR ini.

Berdasarkan informasi, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. melalui Direktur Utama Sofyan Basyir menyatakan minatnya untuk meminang BTN.

Tak tanggung-tanggung, sang Dirut menyampaikan keinginannya itu kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan saat pertemuan ekonomi dunia yang digelar di Davos, Swiss, beberapa waktu lalu.

Sontak, informasi yang berhembus dari sejumlah sumber di Kementerian BUMN itu membuat banyak pihak teringat pada isu serupa menjelang Pemilihan Umum 2009.

Pada 2008 lalu, BRI sempat gagal mencaplok bank yang memiliki core bisnis di sektor pembiayaan perumahan ini. BTN akhirnya memilih go public dibandingkan dengan diakuisisi bank pelat merah lainnya.

Menjelang Pemilu Legislatif kemarin, informasi akuisisi BTN kembali santer dihembuskan. Bahkan, akibat berita itu, saham emiten berkode BBTN tersebut melonjak 13,81%  atau 125 poin dalam waktu 3 hari selama Rabu-Jumat, 5-7 Februari 2014.

Saat itu, Dirut BTN Maryono menampik kabar pinangan BRI itu. Dia mengaku tidak mengetahui bank yang dipimpinnya itu akan diakuisisi oleh BRI. "Akuisisi [oleh BRI] belum tahu, belum terinformasi," ungkapnya saat gelaran rapat umum pemegang saham (RUPS).

Kinerja BTN memang cukup menggembirakan, jika tidak bisa dibilang kinclong. Tengok saja, hingga kuartal III/2013, BTN meraup laba Rp1,05 triliun. Raihan tersebut naik tipis 2,94% dibanding periode yang sama pada 2012 sebesar Rp1,02 triliun.

BTN tercatat menguasai pangsa pasar KPR terbesar hingga saat ini. Hingga Oktober 2013, outstanding kredit perumahan BTN mencapai Rp90,2 triliun atau 32,57% dari total penyaluran kredit perumahan perbankan Rp276,96 triliun.

Tahun ini, BTN membidik laba Rp2 triliun. Peningkatan target dari realisasi 2013 itu ditopang oleh sektor properti yang diperkirakan masih prospektif pada tahun Pemilu ini.

Target itu cukup menjanjikan ditengah mengetatnya likuiditas perbankan Tanah Air. BTN bahkan menargetkan kredit akan tumbuh 18% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sekitar 20% dengan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) diturunkan mendekati 2%-2,5%.

Maryono mengaku pada tahun ini perseroan akan berkonsentrasi pada Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Hal tersebut dilakukan seiring ketatnya persaingan antar bank untuk mendapatkan nasabah rumah pertama.

Dia membidik target untuk mempertahankan market share lebih dari 90% dari saat ini yang berada pada angka 92%-94%. Sedangkan untuk rumah non-subsisi, dia akan menerapkan strategi yang agresif.

"Menggunakan marketing dan akan melakukan kerjasama dengan beberapa perusahaan korporasi maupun BUMN," katanya.

Kendati perseroan gencar menyalurkan kredit perumahan, BTN akan terus menjaga rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) hingga 16%.

Terkait rencana akuisisi, Maryono justru menuturkan bahwa pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN memiliki keinginan untuk adanya konsolidasi perbankan BUMN.

Konsolidasi bank BUMN itu sebagai langkah untuk menghadapi MEA pada 2020 mendatang. Konsolidasi tersebut diperlukan agar Indonesia memiliki bank yang mempunyai kapasitas internasional dan menjadi jangkar sektor keuangan.

"Baru ada dua anchor bank, yang diutamakan BTN. [Akuisisi oleh] Bank Mandiri dan BRI belum dibicarakan," tuturnya.

Informasinya, dua bank jangkar negara yang akan dibangun pemerintah harus memiliki aset dan modal yang besar agar bisa bersaing di kancah regional.

Rencanya, bank jangkar itu terdiri dari BRI dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sedangkan dua bank milik pemerintah, BTN dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., akan bergabung dengan BRI dan Mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper