Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Pengangguran Terbuka Kian Sulit Diturunkan

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) kian sulit diturunkan kedepannya seiring dengan melambatnya investasi dalam negeri. Bahkan, hal itu diperkeruh setelah program pemerintah yang bersifat sementara atau adhoc tidak lagi berdampak signifikan terhadap TPT.
Para pencari kera/JIBI
Para pencari kera/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA —  Tingkat pengangguran terbuka (TPT) kian sulit diturunkan kedepannya seiring dengan melambatnya investasi dalam negeri. Bahkan, hal itu diperkeruh setelah program pemerintah yang bersifat sementara atau adhoc tidak lagi berdampak signifikan terhadap TPT.

Deputi Bidang Kemiskinan dan Tenaga Kerja Bappenas Rahma Iriyanti mengatakan pemerintah kesulitan menjaga kinerja pengurangan tingkat pengangguran terbuka (TPT) disebabkan level TPT saat ini sudah memasuki titik terendah.

“Dulu itu, TPT bisa turun 1% dengan hanya mengandalkan program penciptaan lapangan kerja pemerintah yang bersifat sementara. Sekarang sudah tidak bisa lagi, mengurangi TPT sebesar 0,1% itu sulit sekali,” katanya, Selasa (06/05).

Rahma menjelaskan sulitnya mengurangi angka pengangguran dikarenakan semakin banyaknya kelompok tenaga kerja yang memiliki pendidikan tinggi. Menurutnya, kelompok tersebut lebih memilih menunggu demi mencari pekerjaan yang lebih baik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, penduduk berpendidikan SMA yang bekerja tumbuh 960.000 orang pada Februari 2014, dari periode yang sama tahun lalu. Begitu pula, SMK tumbuh 590.000, Universitas tumbuh 780.000. Sedangkan SD turun 1,18 juta orang.

“Mereka [warga berpendidikan tinggi] akan menunggu pekerjaan yang bagus, sehingga masa tunggu tenaga kerja yang berpendidikan SMA ke atas itu lebih dari satu tahun. Sementara, tenaga kerja yang bermodal SD-SMP pasti mau kerja apa saja,” tutur Rahma.

Menurutnya, pemerintah harus menggenjot investasi guna menciptakan lapangan kerja, baik investor asing maupun domestik karena mampu menyediakan lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja Indonesia saat ini.

Sayang, penyerapan tenaga kerja dari investasi justru kian menyusut. Hal itu terlihat dari realisasi investasi kuartal I/2014 sebesar 260.156 tenaga kerja, turun 26% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 351.513 tenaga kerja.

Capaian tersebut merupakan terendah sejak tiga tahun lalu, atau tepatnya kuartal II/2011 sebesar 225.804 tenaga kerja. Padahal, nilai realisasi investasi sejak kuartal II/2011 tumbuh 72% menjadi Rp106,6 triliun, pada kuartal II/2014.

“Jadi saya pikir fokus pemerintah mungkin tidak lagi masuk program-program adhoc dalam penciptaan lapangan kerja. Tapi harus fokus mendorong investasi, kemudian memperbaiki regulasi yang masih menghambat,” tuturnya.

Rahma mengingatkan peningkatan keterampilan tenaga kerja kedepannya kian penting, sekaligus sebagai persiapan dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015 mendatang.

Bappenas, sambungnya, juga berperan aktif guna meningkatkan ketrampilan tenaga kerja Indonesia, a.l. bekerjasama dengan swasta, maupun Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia guna mengetahui jenis keahlian seperti apa yang dibutuhkan industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper