Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENERIMAAN PAJAK: Strategi Ditjen Pajak Dinilai Tidak Efektif

Prediksi terulangnya shortfall atau tidak tercapainya target penerimaan pajak tahun ini dinilai menunjukkan ketidakjelasan road map atau strategi Ditjen Pajak dalam mengamankan penerimaan pajak.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Prediksi terulangnya shortfall atau tidak tercapainya target penerimaan pajak tahun ini dinilai menunjukkan ketidakjelasan road map atau strategi Ditjen Pajak dalam mengamankan penerimaan pajak.

Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo mengatakan secara normatif revisi pertumbuhan ekonomi tidak serta merta menyebabkan target penerimaan pajak menjadi sulit direalisasikan.

“Sekelas Ditjen Pajak seharusnya memiliki road map atau strategi jangka panjang dan menengah sekaligus sustain. Alhasil, penerimaan pajak tidak akan terpengaruh kontraksi atau goncangan ekonomi dalam jangka pendek ini,” katanya ketika dihubungi, Jumat (6/6/2014).

Yustinus menuturkan ketidakmampuan otoritas pajak dalam menyiapkan road map, juga diperparah dengan rendahnya transparansi Ditjen Pajak. Menurutnya, Ditjen Pajak seharusnya membuka road map tersebut guna menjadi bahan diskusi publik, sekaligus dapat ikut berpartisipasi.

“Ditjen Pajak kan selalu mengaku telah banyak melakukan usaha yang maksimal, tetapi tidak pernah diketahui oleh publik, bagaimana sebenarnya effort dari Ditjen Pajak itu. Publik pun sulit menilai apakah target penerimaan pajak itu sulit atau mudah,” jelasnya.

Dia juga menilai sulitnya merealisasikan target penerimaan pajak akibat jumlah pegawai Ditjen Pajak yang rendah, sulit diterima karena tidak menjadi faktor utama yang menentukan sulitnya mencapai target penerimaan pajak.

Menurutnya, dengan pegawai yang ada, Ditjen Pajak bisa merealisasikan target penerimaan, dengan cara fokus terhadap sektor-sektor tertentu. Misalnya, sektor konstruksi. Dia menilai profit margin dari sektor konstruksi cukup tinggi, tetapi hingga saat ini justru masih dikenakan tarif pajak final.

“Jadi ini tinggal strateginya itu sepert apa. Contoh yang lain, mengincar pajak orang kaya. Nah ini seberapa besar potensinya. Lalu, bagaimana effortnya. Itu kan harus ada ukuran yang jelas. Nah, strategi-strategi itu lah yang harus dibeberkan ke publik,” katanya.

Yustinus menilai target penerimaan pajak dalam APBN 2014 sebesar Rp1.034 triliun tidak terlalu tinggi, bahkan bisa dianggap target minimal jika melihat tax ratio saat ini. Hanya saja, rendahnya inisiatif dari Ditjen Pajak, membuat target menjadi sulit dikejar.

Sebelumnya, Dirjen Pajak Fuad Rahmany mengatakan otoritas pajak telah mengeluarkan segala cara guna mengejar target penerimaan pajak. Akan tetapi, target pertumbuhan ekonomi yang meleset, membuat Ditjen Pajak juga kesulitan mengejar target penerimaan.

“Ya sudah kami tetap kerja seperti biasa. Sama kaya tahun lalu, tahun ini juga akan shortfall lagi karena tidak ada perubahan. Ini udah pasti shortfall. Kita sudah lakukan segala macam cara, tapi memang tetap shortfall,” ujarnya.

Dengan demikian, selama 4 tahun kepemimpinan Fuad Rahmany, secara target penerimaan pajak tidak pernah sekalipun terealisasi. Bahkan, secara berturut-turut, target penerimaan pajak tidak pernah tercapai sejak 2007, atau sejak era Dirjen Pajak Darmin Nasution.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper