Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Transaksi Berjalan: Biaya dan Kapasitas Produksi Semakin Tertekan

Defisit transaksi berjalan yang diperkirakan para pelaku pasar membengkak US$7 miliar dan membuat nilai tukar rupiah diuji pada level Rp11.800 akan membuat cost industri semakin tertekan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang diperkirakan para pelaku pasar membengkak US$7 miliar dan membuat nilai tukar rupiah diuji pada level Rp11.800 akan membuat cost industri semakin tertekan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan tingginya defisit transaksi berjalan selama ini disebabkan oleh impor minyak atau bahan bakar minyak (BBM) yang terus meningkat.

Untuk bisa mengatasi hal ini, yang harus dilakukan pemerintah adalah membuat kebijakan yang benar terkait kebijakan energi.

“Kalau defisit transaksi berjalan terus meningkat, saya pikir sangat dimungkinkan rupiah berada pada level Rp11.800. Kalau sampai pada posisi itu, saya katakan itu akan semakin menekan cost industri, biaya produksi semakin tinggi,” kata Sofjan ketika dihubungi Bisnis, Minggu (13/7/2014).

Sejak dua-tiga bulan terakhir, kalangan industri sudah mengurangi cost sebagai dampak kenaikan tarif listrik industri dan kenaikan upah minimum.

Bila nilai tukar rupiah turut melemah hingga Rp11.800, otomatis industri harus lebih menekan cost lagi. Saat ini, kapasitas produksi industri sudah turun 15%-20%.

“Kalau rupiah terus melemah, tentu lebih besar lagi pengurangannya, kami harap tidak sampai, margin sudah habis soalnya. Sekarang itu yang ekspansi paling hanya sektor makanan dan minuman.”

Ada pun sektor industri yang paling besar terkena dampak pelemahan rupiah adalah sektor yang memiliki ketergantungan pada impor bahan baku, seperti industri petrokimia, industri baja dan sebagainya.

Sedangkan sektor industri yang berorientasi ekspor, bisa meraup keuntungan lebih besar.

akil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik Hariyadi Sukamdani mengatakan defisit transaksi berjalan secara otomatis mengurangi cadangan devisa. Bila cadangan devisa berkurang, ketahanan moneter akan berkurang dan terganggu.

“Ini bukan hanya mengganggu kegiatan industri, tetapi juga menggaggu belanja pemerintah. Tentu yang terjadi adalah semua akan terganggu,” jelas dia.

Dia menekankan, sektor industri yang masih ketergantungan impor akan sangat terhempas bila ini terjadi.

Pasalnya, membengkaknya defisit erat kaitannya dengan pelemahan rupiah.

“Pemerintah harus buat kebijakan subsidi BBM yang baik. Kami sudah katakan dari dulu untuk menaikkan harga BBM bersubsidi secara bertahap tetapi tidak dilakukan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper