Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CADANGAN DEVISA: BI Minim Intervensi, Cadangan Devisa Juni Naik

Intervensi Bank Indonesia yang terbatas membuat cadangan devisa Juni naik saat permintaan dolar Amerika Serikat justru memuncak pada pertengahan tahun.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Intervensi Bank Indonesia yang terbatas membuat cadangan devisa Juni naik saat permintaan dolar Amerika Serikat justru memuncak pada pertengahan tahun.

BI sebelumnya mengumumkan cadangan devisa Juni US$107,7 miliar, naik US$630 juta dari bulan sebelumnya di tengah volatilitas rupiah yang sangat tinggi -- naik 39 basis poin menjadi 11,65% menurut data yang dikompilasi Bloomberg.

Nilai tukar rupiah bulan itu sempat melampaui Rp12.000 per dolar AS seiring kebutuhan valuta asing yang tinggi dan ketidakpastian politik di dalam negeri.

Kenaikan cadangan devisa Juni itu pun berkebalikan dengan kondisi dua tahun terakhir. Cadangan devisa Juni 2012 turun US$5 miliar menjadi US$106,5 miliar, sedangkan cadangan devisa Juni 2013 menyusut US$7,1 miliar menjadi US$98,1 miliar, seiring dengan kebutuhan valas yang tinggi untuk membayar utang luar negeri swasta dan repatriasi laba mereka ke perusahaan induk di luar negeri.

“Kalau melihat pergerakan kurs bulan lalu yang sangat cepat, intervensi BI rasanya terbatas. Karena intervensi berapapun, pasti diserap, tapi tidak berefek banyak. Kita cuma kehilangan cadangan devisa. Untuk intervensi, BI tampaknya menunggu sampai volatilitasnya agak reda,” kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih, Senin (14/7/2014).

Kendati demikian, Lana menduga tambahan datang dari transaksi foreign exchange swap (fx swap) sehingga memperkuat posisi cadangan devisa.

Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menuturkan langkah BI yang mengurangi intervensi dibarengi dengan arus modal masuk (capital inflow) membuat cadangan devisa Juni tahun ini berbeda dengan kondisi sebelumnya.

Di pasar obligasi pemerintah, terjadi inflow Rp6,7 triliun sepanjang bulan lalu, sedangkan di pasar saham Rp2,7 triliun.

“Tahun lalu, kita naikkan harga BBM. Ada inflasi di situ yang menjadi sentimen negatif sehingga capital inflow-nya pun berkurang,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper