Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan neraca perdagangan Juni defisit US$387 juta setelah sempat surplus US$70 juta bulan sebelumnya.
Perkiraan itu sesuai proyeksi median 15 ekonom yang disurvei Bloomberg. Seluruh ekonom memproyeksi neraca perdagangan defisit dengan kisaran US$99 juta hingga US$990 juta.
Proyeksi median para ekonom pun menyebutkan ekspor Juni turun 1,75% (year on year) dari US$14,76 miliar, sedangkan impor turun 4,1% dari US$15,64 miliar.
Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Juni defisit US$300 juta. Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo melihat impor minyak masih kebal sekalipun permintaan nonmigas turun, baik dalam bentuk barang modal, bahan baku maupun barang konsumsi, akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dan depresiasi rupiah.
“Komoditas nonmineral sudah membaik, khususnya tekstil, benang, otomotif, kemudian baja dan produk kimia. Tetapi, defisit migasnya besar,” katanya.
Agus mengatakan surplus nonmigas memang terjadi, tetapi tidak optimal karena tren penurunan harga komoditas masih berlanjut dan pengapalan mineral belum terealisasi. Akibatnya, surplus nonmigas tidak mampu mengejar defisit migas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel