Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KREDIT UKM: Perbankan Buru Sektor Perdagangan

Kalangan perbankan optimistis penyaluran kredit UKM khususnya sektor perdagangan masih menjanjikan meski tahun ini terjadi perlambatan kredit yang mamaksa sejumlah bank merevisi target.
 Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan perbankan optimistis penyaluran kredit UKM khususnya sektor perdagangan masih menjanjikan meski tahun ini terjadi perlambatan kredit yang mamaksa sejumlah bank merevisi target.

Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk Tri Joko Prihanto mengatakan pertumbuhan kredit secara year on year sejatinya masih cukup baik. “Tapi year to date terlihat lambat sekali,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/8/2014).

Dia menyebutkan hingga Juni lalu, pertumbuhan kredit Bank Bukopin mencapai 10% year on year. Pertumbuhan kredit di segmen ritel mencapai 31%. Dalam kategori ini, penyaluran kredit mikro dan UKM oleh Bank Bukopin tumbuh 27% year on year.

Tri Joko optimistis target tercapai meski situasi makro ekonomi belum stabil potensi di segmen mikro dan UKM masih cukup besar. Dia menegaskan pihaknya akan fokus di segmen tersebut selagi situasi ekonomi masih tidak menentu.

“Di UKM masih ada peluang, kredit untuk sektor perdagangan dan produksi cukup besar, konsumsi juga besar,” katanya.

Sepanjang semester I/2014, penyaluran kredit oleh Bank Bukopin tercatat tumbuh 10,17% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 50,9 triliun. Pertumbuhan kredit itu ditopang oleh segmen ritel yang terdiri dari kredit UKM, mikro dan konsumer yang meningkat 31,91% year on year menjadi Rp31 triliun dibandingkan dengan kuartal II/2013 yang tercatat Rp23,5 triliun.

Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi sebelumnya mengatakan segmen UKM dan mikro masih menjadi kontributor utama penyaluran kredit Bank Bukopin. Pihaknya juga akan menjaga proporsi kredit komersil untuk memperkuat net interest margin (NIM).

Menurut data yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Mei 2014 total baki debet kredit UMKM dan MKM mencapai Rp635,4 triliun dengan non performing loan (NPL) Rp25,2 triliun. Pada periode yang samma 2013 baki debet di sektor ini tercatat Rp558,5 triliun dengan NPL Rp20,1 triliun.

Pada Mei 2014 total baki debet kredit perdagangan besar dan ritel mencapai Rp336 triliun dengan NPL Rp13,4 triliun. Setahun sebelumnya baki debet hanya tercatat Rp271,2 triliun dengan NPL Rp10,1 triliun. Sektor lain dengan baki debet cukup besar adalah industri pengolahan. Pada Mei 2014 jumlahnya mencapai Rp66 triliun dengan NPL Rp2,1 triliun.

Segmen mikro dan UMKM memang masih menjanjikan bagi sejumlah bank. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk salah satunya. Hingga triwulan II/2014 kredit mikro BRI tercatat tumbuh 18,1% year on year, meningkat dari Rp122,1 Triliun pada triwulan II/2013 menjadi Rp 144,2 triliun. Pertumbuhan kredit mikro BRI tersebut bahkan melebihi pertumbuhan total kredit BRI yang tercatat 17,19%.

Kondisi serupa juga terjadi di PT Bank OCBC NISP Tbk. Porsi kredit UKM OCBC NISP saat ini mencapai 60% dari total kredit yang mereka salurkan. “Kami masih optimistis segmen ini akan tetap tumbuh,” ujar Presiden Direktur & CEO Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja.

Pertumbuhan kredit OCBC mencapai 15% menjadi Rp65,5 triliun pada akhir Juni 2014. Dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit disalurkan untuk modal kerja 41%, investasi 41%, dan konsumer sebesar 18%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Galih Kurniawan
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper