Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Parameter Kemiskinan Harusnya Mengukur Ketahanan Pangan dan Bencana

Pengamat kebijakan publik Wijayanto Samirin mengatakan ketahanan pangan sudah seharusnya masuk dalam aspek penentuan kemiskinan.
Suasana di perumahan pinggir rel kereta api. /
Suasana di perumahan pinggir rel kereta api. /
Bisnis.com, JAKARTA--Pengamat kebijakan publik Wijayanto Samirin mengatakan ketahanan pangan sudah seharusnya masuk dalam aspek penentuan kemiskinan.
 
"Orang miskin menghabiskan 60%-70% untuk makanan, mayoritasnya beras," katanya, Kamis (21/8/2014).
 
Jika memasukkan komponen ini tingkat kemiskinan Indonesia pada 2010 tak secemerlang capaian yang diklaim pemerintah.
 
Pemerintah menyatakan tingkat kemiskinan sudah mencapai 18,1%, dengan mempertimbangkan ketahanan pangan jumlah penduduk miskin menggelembung 10% menjadi 28%. Dari segi kuantitasnya, ada penambahan 23,86 juta orang dari jumlah semula 43,32 juta.
 
Kepala Ekonom ADB Guanghua Wan mengatakan, dari sisi ketahanan pangan Indonesia mencatatkan performa terburuk dan paling rawan. "Dengan ketahanan pangan, kemiskinan Indonesia naik paling tajam," ungkapnya.
 
Menilik kondisi China, saat aspek ini dimasukkan tingkat kemiskinan hanya memburuk 6% menjadi 17%. India bahkan lebih bagus lagi dengan selisih hanya sekitar 1%. Wan menilai India memang memiliki kebijakan pangan yang baik.
 
Sementara dari faktor bencana alam, mengutip data ADB, banjir dan badai adalah bencana yang paling sering terjadi di wilayah Asia dalam 30 tahun terakhir. Pada 2010 kalkulasi kerugian finansial akibat banjir di Asia Tenggara mencapai US$10,7 miliar.
 
"Bencana bisa membuat orang seketika kehilangan hartanya, itu harusnya menjadi salah satu pertimbangan," kata Wan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Setyardi Widodo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper