Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KREDIT KONSUMSI: Tumbuh Paling Tinggi di Sulut

Penyaluran kredit konsumsi perbankan di Sulawesi Utara (Sulut) tumbuh paling tinggi dibandingkan dengan kredit modal kerja dan investasi. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit konsumsi yang disalurkan di provinsi tersebut sebesar Rp14,79 triliun pada periode Januari-Juli 2014 atau tumbuh 13,27% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
 Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, MANADO—Penyaluran kredit konsumsi perbankan di Sulawesi Utara (Sulut) tumbuh paling tinggi dibandingkan dengan kredit modal kerja dan investasi.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit konsumsi yang disalurkan di provinsi tersebut sebesar Rp14,79 triliun pada periode Januari-Juli 2014 atau tumbuh 13,27% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Adapun kredit modal kerja hanya tumbuh 7,87% menjadi Rp6,9 triliun pada periode yang sama, sedangkan kredit investasi tumbuh tipis 2,93% menjadi Rp2,76 triliun.

Kepala Perwakilan BI Sulut Luctor E. Tapiheru mengatakan meski tumbuh paling tinggi dibandingkan dengan segmen lain, pertumbuhan kredit konsumsi itu melambat. “Kredit konsumsi tumbuh signifikan 42,77% pada Januari-Juli tahun lalu,” tuturnya.

Secara keseluruhan, realisasi penyaluran kredit perbankan di daerah itu mencapai Rp24,46 triliun pada periode Januari-Juli 2014 atau naik 10,45% dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp22,14 triliun.

Total penyaluran kredit itu melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit tahun lalu yang mencapai 22,46% dari realisasi Januari-Juli 2012.

Luctor menjelaskan pertumbuhan kredit konsumsi yang berada di atas rata-rata total kredit menyebabkan pangsa kredit konsumsi terhadap keseluruhan kredit relatif meningkat dan terus berada pada level tinggi.

Semakin besarnya kredit konsumsi itu juga diikuti dengan tren peningkatan rasio kredit macet (non-performing loan/NPL), meski masih cukup rendah, yakni 2,53%.

Dia menjelaskan sebagian besar alokasi pembiayaan perbankan masih disalurkan ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) dengan porsi sebesar 65,55% dari total kredit produktif.

Pertumbuhan kredit sektor utama relatif melambat, terutama pada sektor pertanian dan jasa dunia usaha yang kreditnya mengalami pertumbuhan negatif sejak pertengahan tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdiyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper