Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba 20 Emiten BUMN Merosot, Apa Kata Dahlan Iskan?

Kinerja laba 20 emiten badan usaha milik negara (BUMN) tidak menggembirakan dan justru merosot ketimbang tahun lalu.
Menteri BUMN Dahlan Iskan/Jibiphoto
Menteri BUMN Dahlan Iskan/Jibiphoto

Bisnis.com, JAKARTA -- Kinerja laba 20 emiten badan usaha milik negara (BUMN) tidak menggembirakan dan justru merosot ketimbang tahun lalu. Bagaimana tanggapan Menteri BUMN Dahlan Iskan?

Pertumbuhan laba bersih 20 emiten BUMN sepanjang periode Januari-Juni 2014 turun 2,74% menjadi Rp40,08 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp41,2 triliun.

Menteri BUMN Dahlan Iskan, melalui Muhammad Zamkhani, Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Industri Strategis Kementerian BUMN, mengakui kinerja Krakatau Steel pada tahun ini cukup memprihatinkan. Pasalnya, harga baja dunia yang terus merosot dalam beberapa tahun terakhir.

"Sampai akhir tahun masih sulit, ini juga karena bahan baku sebagian impor dan pasar hanya di dalam negeri otomatis dengan kurs seperti ini makin berat," ujarnya kepada Bisnis, Senin (1/9/2014).

Kementerian BUMN masih optimistis kinerja perusahaan listed milik pemerintah dapat tumbuh minimal sama dengan pertumbuhan pada 2013. Kinerja sejumlah emiten BUMN pada semester I/2014 dinilai terpengaruh kondisi tahun pemilu, libur sekolah, dan libur lebaran.

Lana Soelistianingsih, Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, memprediksi kinerja emiten BUMN sepanjang tahun ini akan mengalami perlambatan dibandingkan tahun lalu.

"Pertumbuhan laba emiten BUMN akan sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan belum akan kembali seperti pada tahun lalu," ungkapnya.

Dia menilai, pertumbuhan ekonomi tahun ini masih melanjutkan konsolidasi sehingga diperkirakan hanya akan mencapai 5,1%-5,3%. Padahal, pertumbuhan ekonomi tahun lalu mencapai 5,8%.

Menurutnya, faktor penekan pertumbuhan laba emiten BUMN pada tahun ini selain perlambatan ekonomi juga belum membaiknya harga komoditas. Emiten BUMN berbasis komoditas dinilai akan terkonsolidasi seiring melemahnya harga komoditas.

Tekanan terhadap keuntungan emiten BUMN akan sedikit terkurangi dari sisi depresiasi nilai tukar rupiah. Dia memperkirakan akan terjadi penguatan kurs pada level Rp11.500-Rp11.300 per dolar Amerika Serikat.

"Penguatan rupiah bisa menambah potensi profit atau mengurangi cost dalam dolar AS," ujarnya.

Dia menilai, kinerja emiten BUMN hingga semester I/2014 masih sejalan dengan perlambatan ekonomi paruh pertama tahun ini.

Pertumbuhan laba emiten BUMN yang terbilang masih konsisten berasal dari sektor perbankan meskipun sedikit melambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper