Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JK: Harga BBM Subsidi Harus Segera Dinaikkan

Pemerintah baru pimpinan Jokowi-Jusuf Kalla menilai tak ada cara lain kecuali memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk meringankan beban anggaran pemerintah.

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah baru pimpinan Jokowi-Jusuf Kalla menilai tak ada cara lain kecuali memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk meringankan beban anggaran pemerintah.

Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla menegaskan hal itu harus dilakukan dalam waktu dekat ini. "Tidak akan dapat opsi lain [selain menaikkan harga BBM]. Ini sudah dikaji bertahun-tahun," katanya saat ditemui usai menghadiri acara Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Senin (8/9/2014).

Tim transisi kini tengah berupaya mencari strategi selain pemangkasan subsidi BBM untuk memperluas ruang fiskal pemerintah agar alokasi anggaran lebih leluasa.

JK menambahkan sudah saatnya untuk menggeser pola subsidi dari yang bersifat konsumtif menjadi produktif. Namun, dia masih enggan mengungkapkan proyeksi kenaikan harga yang ideal dan kapan waktu yang tepat untuk melaksanakannya. "Itu nantilah," pungkasnya.

Sebelumnya, tim transisi juga tengah mengkaji opsi kenaikan harga BBM dengan rentang Rp1.000--Rp3.000 per liter. Adapun, saat ini harga BBM jenis premium ada di kisaran Rp6.500 sedangkan harga keekonomiannya adalah Rp11.000 per liter.

Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menilai kenaikan yang ideal harusnya mendekati harga keekonomian. "Idealnya total kenaikkan 40% dari harga saat ini," katanya.

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 pemerintah saat ini mengusulkan subsidi BBM senilai Rp291,1 triliun dengan kuota volume 48 juta.

Dari jumlah itu, pemerintah Jokowi-JK menanggung beban tagihan subsidi (carry over) subsidi BBM tahun sebelumnya senilai Rp46 triliun.

Adapun, Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan semakin cepat pemerintah baru menaikkan harga akan semakin besar dana yang bisa disimpan. "Savingnya Rp48 triliun kalau naikkinnya Januari," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper