Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Banyak PR di Bisnis KPR

Tahun ini agaknya bakal menjadi masa-masa sulit baik bagi calon nasabah maupun bank pemberi kredit perumahan rakyat (KPR). Salah satu pangkal persoalannya adalah suku bunga yang bergerak liar.n

Bisnis.com, JAKARTA—Tahun ini agaknya bakal menjadi masa-masa sulit baik bagi calon nasabah maupun bank pemberi kredit perumahan rakyat (KPR). Salah satu pangkal persoalannya adalah suku bunga yang bergerak liar.

Bank Indonesia sudah mewanti-wanti pada triwulan III/2014 bisnis properti bakal tertekan. Dalam laporan Surveri Harga Properti Residensial Triwulan II/2014 disebutkan sejumlah responden menilai kenaikan suku bunga, kenaikan harga bahan bangunan, uang muka rumah dan perizinan berpotensi menghambat bisnis properti.

Menurut catatan Bank Indonesia, pada triwulan II/2014 suku bunga KPR tertinggi mencapai 12,16% yang berada di wilayah Sumatra Utara sedangkan terendah 8,95% di Bangka Belitung. Faktanya sejumlah bank besar menetapkan suku bunga KPR di kisaran 10% hingga 12%.

Berdasarkan data yang dilansir Bank Indonesia, suku bunga dasar kredit (SBDK) KPR PT Bank Mandiri Tbk pada akhir Juli 2014 mencapai 11%. Suku bunga lebih tinggi ditetapkan oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Tabungan Negara Tbk yang masing-masing tercatat 11,1% dan 11,5%.

PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan PT Bank Permata Tbk bahkan menetapkan SBDK KPR lebih tinggi lagi yakni masing-masing 12,25%, 12% dan 12,5%. Adapun SBDK KPR PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk justru lebih rendah, masing-masing 10,25% dan 10,5%.

Bagi sejumlah bank besar suku bunga kredit memang tak harus tinggi. Pasalnya volume likuiditas mereka tergolong melimpah. Tak perlu lagi menaikkan suku bunga dana yang pada akhirnya merembet pada penaikan suku bunga kredit.

BCA misalnya belakangan justru menurunkan suku bunga deposito hingga 0,5%. Langkah serupa juga ditempuh Bank Mandiri yang menetapkan suku bunga simpanan berjangka maksimal hanya 8,5%.

Situasi bisnis KPR di industri perbankan yang lebih jelas tergambar dari hasil riset tim Economic Research Bank Permata. Menurut perkiraan mereka, pertumbuhan kredit properti sepanjang tahun ini bakal mentok di angka 19,18%, terendah di sepanjang 3 tahun terakhir.

Pertumbuhan itu juga cukup njomplang dibandingkan 2013 yang menembus 26,53%. Pertumbuhan penyaluran kredit properti pada 2011 dan 2012 bahkan masih di atas 20%.

Meskipun begitu, tim Economic Research Bank Permata masih meyakini tahun depan kredit properti bakal membaik. Mereka memperkirakan pertumbuhan kredit di segmen ini mampu mencapai 22,41%.

Direktur Consumer & Retail Banking PT Bank Negara Indonesia Tbk Darmadi Sutanto jauh-jauh hari sudah menyebutkan kredit consumer bakal tertekan tahun ini.

Salah satu pemicunya adalah melambatnya KPR. “Selama ini motor consumer adalah KPR, sekarang mulai ada pergeseran orang berinvestasi yang tadinya di properti ke yang lain,” katanya.

Direktur Consumer Banking BRI A. Toni Soetirto pun berpendapat sama. Dia mengakui terjadi penurunan realisasi penyaluran KPR akibat melambatnya ekonomi makro Indonesia.

Suku bunga KPR saat ini pun lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Dia menambahkan kebijakan loan to value (LTV) yang diterapkan Bank Indonesia sejak September tahun lalu juga berpengaruh. Meskipun begitu Toni tetap optimistis bisnis KPR BRI masih mampu tumbuh baik tahun ini, yakni di kisaran 17%.

Di tengah berbagai tantangan tersebut sejatinya masih terselip peluang besar. Salah satunya adalah permintaan KPR yang diyakini bakal terus tumbuh.

Bank Indonesia mencatat sepanjang triwulan II/2014 total KPR mencapai Rp301,53 triliun, tumbuh 5,93% quarter to quarter. Pertumbuhan itu lebih tinggi dari triwulan I/2014 dan pertumbuhan total kredit perbankan.

Menurut hasil survei Bank Indonesia, sebagian besar konsumen pun masih memilih KPR sebagai fasilitas utama dalam transaksi properti residensial terutama rumah tipe kecil. Konsumen yang memilih KPR mencapai 73,69% dari seluruh responden yang disurvei Bank Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Galih Kurniawan
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper