Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Oktober Diprediksi Lebih Tinggi Akibat Tarif Listrik & Harga Cabai

Badan Pusat Statistik (BPS) dan BI memperkirakan inflasi Oktober tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan rerata 5 tahun terakhir sebesar 0,07%.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) dan BI memperkirakan inflasi Oktober tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan rerata 5 tahun terakhir sebesar 0,07%.

Hingga akhir minggu kedua Oktober inflasi masih berada di kisaran 0,4%. Jika inflasi berada di rentang itu, inflasi Oktober 2014 akan menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2008 yang ada di level 0,45%.

Deputi Kepala BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan inflasi Oktober akan lebih banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga cabai, tarif listrik dan sisa ikutan kenaikan elpiji 12 kilogram bulan sebelumnya.

"Dugaan kami demikian [inflasi lebih tinggi] walaupun masih sangat tergantung pada perkembangan harga beberapa hari ke depan," katanya pada Bisnis.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan faktor iklim menjadi tekanan utama inflasi kali. Selain karena kekeringan, sambungnya, kenaikan inflasi di wilayah Sumatra juga dipicu oleh ledakan Gunung Sinabung baru-baru ini. Peristiwa itu juga membuat pasokan bahan pangan terganggu.

Peranan bahan pangan, terutama beras, terhadap angka inflasi memang besar. Mengacu data BPS komoditi pangan adalah penyumbang terbesar. Data inflasi menurut kelompok pengeluaran sepanjang 2014 menunjukkan kelompok pangan mencatatkan inflasi terbesar, yakni mencapai 4,78%.

Sebelumnya, Kepala BPS Suryamin menuturkan dampak kekeringan terhadap inflasi baru akan terasa awal tahun depan. Pasalnya gangguan musim pada penghujung tahun akan mengganggu panen dan volume pasokan pangan beberapa bulan sesudahnya.

Bulan lalu, inflasi tercatat pada level 0,27% lebih rendah dari perkiraan BI dan BPS yang berada pada rentang 0,3%-0,5%. Dengan demikian inflasi tahun berjalan hingga September 2014 ada di posisi 4,53%. Sepanjang 2014 BI menargetkan inflasi sebesar 4,5%(±1%) sementara pemerintah mematoknya pada 5,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper