Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan NPL Paksa Bank Tingkatkan Cadangan Kerugian

Meski pertumbuhan penyaluran kredit cenderung menurun, potensi kenaikan non performing loan (NPL) masih menjadi perhatian khusus bagi industri perbankan tahun ini.

Bisnis.com, JAKARTA—Meski pertumbuhan penyaluran kredit cenderung menurun, potensi kenaikan non performing loan (NPL) masih menjadi perhatian khusus bagi industri perbankan tahun ini.

Indikasinya terlihat dari kenaikan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) alias provisi oleh sejumlah bank. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk misalnya hingga kuartal III/2014 telah mengalokasikan CKPN sebesar Rp16 triliun.

“Kalau dibandingkan 2013, provisi sampai triwulan ketiga 2014 memang masih lebih tinggi. Kami antisipasi kenaikan NPL,” ujar Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni kepada Bisnis, belum lama ini.

Hingga September 2014, BRI sudah menyalurkan kredit Rp464,19 triliun, meningkat 12,32% dibandingkan periode yang sama dari 2013 yang tercatat Rp413,27 triliun. Segmen mikro masih mendominasi porsi penyaluran kredit oleh BRI.

Per September 2014 total penyaluran kredit ke segmen mikro tercatat Rp148,43 triliun, naik Rp15,8% dari periode yang sama 2013. Jumlah nasabah kredit mikro BRI hingga kuartal III/2014 tercatat 7,1 juta. NPL gross BRI per September 2014 tercatat 1,89%, masih di bawah rata-rata industri yang mencapai 2,31% per Agustus 2014.

Baiquni optimistis BRI dapat mempertahankan NPL di bawah 2% pada akhir tahun ini. “Kalau dilihat NPL coverage ratio BRI masih 150% sampai 180%, artinya kami masih cukup kuat,” katanya.

NPL cukup tinggi dicatatkan PT Bank Tabungan Negara Tbk. Hingga kuartal III/2014 NPL gross bank pelat merah itu mencapai 4,85%. Pada Desember 2013 NPL BTN berada di level 4,88%. Rasio CKPN aset keuangan terhadap aset produktif BTN per September 2014 tercatat 1,18%.

Total CKPN atas kredit yang dialokasikan oleh BTN per September 2014 mencapai Rp1,47 triliun. Pada Desember 2013 pos tersebut terisi Rp1,13 triliun. Kredit BTN pada kuartal III/2014 tercatat hanya tumbuh 14,5% year on year menjadi Rp110,54 triliun.

Tak heran laba BTN hingga kuartal III/2014 pun terkoreksi 28,5% menjadi Rp755 miliar dari Rp1,05 triliun di periode yang sama 2013. Seperti diberitakan sebelumnya Direktur Utama BTN Maryono mengungkapkan pihaknya saat ini berhati-hati dalam penyaluran kredit lantaran NPL yang sudah di atas 4%.

Kehati-hatian dalam penyaluran kredit juga dilakukan PT Bank Internasional Indonesia Tbk. Dalam pernyataan resminya BII mengungkapkan selama sembilan bulan pertama 2014 pihaknya mengalami penurunan kualitas aset pada beberapa nasabah perbankan global. Akibatnya, provisi naik 151% menjadi Rp1,46 triliun dari Rp582 miliar tahun lalu.

Kenaikan provisi juga terjadi karena restukturisasi portofolio structured trade and commodity finance (STCF) dengan penurunan bisnis yang dialami nasabah karena kondisi pasar. Per September 2014 NPL gross BII mencapai 2,55%, lebih tinggi ketimbang periode yang sama 2013 yang hanya tercatat sebesar 1,74%.

"Bank lebih memperketat prosedur persetujuan kredit dan menerapkan batas dan matriks persetujuan baru untuk memastikan pengendalian yang lebih ketat pada persetujuan kredit dan melakukan pemantauan atas portofolio yang ada," tulis BII dalam pernyataan resminya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Galih Kurniawan
Editor : Nurbaiti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper