Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produk Asuransi Berharap Untung dari Proteksi Kesehatan

Produk asuransi memang belum dikenal secara detil dibandingkan dengan produk perbankan. Hal itu menjelaskan mengapa asuransi endowment, misalnya pendidikan, menjadi incaran para orang tua di Indonesia untuk merencanakan pendidikan bagi anaknya.
Mengapa masyarakat Indonesia lebih mudah tergiur dengan unsur investasi dibandingkan dengan proteksi?/bisnis.com
Mengapa masyarakat Indonesia lebih mudah tergiur dengan unsur investasi dibandingkan dengan proteksi?/bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, penetrasi asuransi di Indonesia masih jauh di bawah angka 5%. Meskipun begitu, hal itu dinilai menjadi peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi industri perasuransian ke depan.

Mau tidak mau, perusahaan asuransi di Indonesia harus menciptakan produk asuransi yang mampu memikat masyarakat.Langkah tersebut harus dilakukan di tengah rendahnya pemahaman tentang proteksi jiwa atau kesehatan di Indonesia.

Mayoritas orang menyadari bahwa asuransi itu penting sebagai bagian dari perencanaan keuangan. Namun, persepsi ‘penting’ itu tidak cukup menarik minat masyarakat Indonesia untuk membeli produk asuransi.

Alhasil, perusahaan asuransi berlomba-lomba untuk terus menelurkan produk yang ciamik, dengan bermacam iming-iming. Atas alasan tersebut, produk semacam unit link  dan dwiguna (endowment) mulai bermunculan.

“Asuransi tradisional bukannya tidak laku. Tetapi, itu [asuransi tradisional] kalah populer dengan asuransi yang bernilai tunai, misalnya dwiguna dan unit link,” kata Mara Umar, AVP Product and Business Development CIMB Sun Life, baru-baru ini .

Berbeda dengan produk asuransi tradisional yang memiliki nilai proteksi sepenuhnya, asuransi dwiguna dan  unit link  merupakan produk yang dikombinasikan dengan tabungan dan investasi. Khususnya di Indonesia, produk asuransi dwiguna lebih awal dikenal dibandingkan dengan unit link .

Sebenarnya, kedua produk itu memiliki kesamaan, yaitu bernilai tunai. Asuransi dwiguna menggabungkan antara proteksi dan investasi, tetapi imbal hasil (return) lebih rendah dan stabil.

Sementara itu, unit link menawarkan tingkat return yang lebih tinggi dan pemegang polis memiliki kebebasan untuk memilih instrumen investasi. Pada awal tahun 2000, booming pasar modal merebak di kawasan Asia. Hal itu berimbas terhadap maraknya peredaran unit link.

Fakta itu didukung dengan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang mencatat produk unit link menguasai pasar asuransi dengan komposisi sekitar 57,5% dibandingkan produk asuransi tradisional sebesar 42,5% pada semester I/2014 year-on year (y-o-y).

Akan tetapi, pada saat ini produk unit link  justru dipandang sebagai produk investasi semata, bukan tujuan proteksi. Pasalnya, agen asuransi dan penasihat keuangan (financial advisor) memasarkan produk tersebut dengan motivasi yang salah.

Padahal, unit link adalah produk asuransi yang mementingkan proteksi meskipun dibalut dengan investasi. “Ini yang salah dan ingin kami benarkan. Harusnya, mereka [agen pemasaran] menjelaskan dengan benar kepada calon konsumen. Proteksi adalah hal yang dijual, lainnya adalah bonus,” kata Mara.

OGAH RUGI

Lalu, mengapa masyarakat Indonesia lebih mudah tergiur dengan unsur investasi dibandingkan dengan proteksi?

Menurut Mara, hal itu bisa dilihat dengan kepopuleran produk unit link  dan dwiguna belakangan ini. Masyarakat cenderung menilai produk asuransi tradisional membuang uang apabila tidak ada klaim dalam jangka waktu tertentu.

Sebaliknya, produk unit link dan dwiguna menawarkan nilai tunai yang memungkinkan nasabah mendapatkan kembali hasil investasinya setelah masa berlaku polisnya berakhir.

Selain itu, produk asuransi memang belum dikenal secara detil dibandingkan dengan produk perbankan. Hal itu menjelaskan mengapa asuransi endowment, misalnya pendidikan, menjadi incaran para orang tua di Indonesia untuk merencanakan pendidikan bagi anaknya.

Baru-baru ini, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) bekerja sama dengan Nielsen Indonesia untuk meng-adakan survei terhadap kegiatan perencanaan keuangan oleh pasangan menikah dan memiliki anak di Indonesia.

Berdasarkan survei tersebut, produk keuangan yang selalu muncul dalam benak orang tua untuk mencapai tujuan keuangan didominasi oleh tabungan, yakni produk perbankan.

Produk perbankan menduduki porsi hingga 90% sebagai pilihan utama bagi para orang tua. Hal itu berlaku dalam perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang.

Sisanya, baru ditempati asuransi jiwa dan kesehatan. “Hasil survei juga menunjukkan sebagian besar orang tua hanya bergantung pada rekening tabungan berbunga rendah untuk mencapai tujuan keuangan mereka,” kata Rinaldi Mudahar, Presiden Direktur Prudential Indonesia. 

Namun, dalam banyak kasus tingkat keberhasilan orang tua untuk mencapai tujuan keuangan mereka menjadi sangat rendah apabila hanya mengandalkan simpanan. Pasalnya kurva kenaikan biaya lebih tinggi dari nilai simpanan.

Sekarang tergantung Anda, apakah memilih keuntungan dari proteksi asuransi untuk tujuan keuangan pada masa depan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper