Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melemah, Pemerintah Untung Rp700/Liter BBM

Depresiasi harga minyak dunia disinyalir membuat pemerintah untung sekitar Rp700 per liter dengan harga bahan bakar minyak (BBM) eceran yang berlaku saat ini. Pasalnya, harga keekonomiannya sudah tergerus tajam.
Pertamina. /Bisnis.com
Pertamina. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA- Depresiasi harga minyak dunia disinyalir membuat pemerintah untung sekitar Rp700 per liter dengan harga bahan bakar minyak (BBM) eceran yang berlaku saat ini. Pasalnya, harga keekonomiannya sudah tergerus tajam.

Kalkulasi tim ekonomi Morgan Stanley untuk wilayah Asia Pasifik memperkirakan ketika harga minyak mentah jenis Brent--minyak yang diperdagangkan di Eropa--berada pada level US$66/barel dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ada di kisaran Rp12.300, pemerintah sebenarnya tak lagi menyubsidi BBM.

"Justru pemerintah mendapat untung sekitar Rp700/liter dari penjualan premiumsaat ini," tulis para ekonom dalam sebuah riset. Sementara itu, dengan skenario tersebut nilai subsidi untuk solar turun dari Rp1.700/liter menjadi sekitar Rp800 per liter. Adapun, saat ini harga premium Rp8.500/liter dan solar Rp7.500/liter.

Padahal, posisi terakhir pada penutupan transaksi akhir pekan lalu, Sabtu (13/12)‎ dini hari harga Brent sudah tergerus ke level US$61,85 per barel atau anjlok 2,87% di ICE Futures Exchange, London. Di sisi lain, rupiah tercatat melemah menjadi Rp12.467 per dolar AS. Sepanjang tahun ini, harga minyak dunia tergerus lebih dari 30% dari kisaran US$110 per barel.

Namun,  di sisi lain tim ekonomi yang terdiri atas Deyi Tan, Zhixiang Su, dan Ju Ye Lee ini menilai perlemahan tersebut juga punya efek negatif. Pasalnya setiap penurunan US$10 per barel penerimaan dari sektor minyak dan gas akan tergerus sekitar 0,3% terhadap PDB.

Dengan depresiasi harga minyak mentah yang mencapai US$35-US$40 per barel, maka potensi kehilangan penerimaan mencapai sekira 1% dari PDB.

Dalam APBN Perubahan 2014, PPh migas dipatok sebesar Rp31,8 triliun sedangkan Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) migas senilai Rp154,8 triliun. Patokan ini diteken dengan asumsi Indonesia crude price (ICP) US$105 per barel.

Adapun, rerata harga ICP per November tercatat anjlok ke level US$75,3 per barel. Sejauh ini penerimaan migas diprediksi shortfall hingga Rp13 triliun dari target.

Namun sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hendar memproyeksikan setiap penurunan harga minyak dunia sebesar US$1 justru akan memperbaiki posisi neraca transaksi berjalan sekitar US$170 juta mengingat Indonesia masih mengekspor migas dalam jumlah besar.

Mengutip data dari BI, per kuartal III/2014 transaksi migas membukukan minus UD$10,4 miliar. Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang Januari-Oktober neraca migas minus US$10,73 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper