Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Anggaran Australia Diprediksi Melebar

Pemerintah Australia memprediksi defisit anggaran negara tahun ini akan lebih lebar dari proyeksi sebelumnya, seiring jatuhnya harga bijih besi yang juga secara langsung mengurangi penerimaan pajak.
Gedung Opera House/Bloomberg
Gedung Opera House/Bloomberg

Bisnis.com, CANBERRA – Pemerintah Australia memprediksi defisit anggaran negara tahun ini akan lebih lebar dari proyeksi sebelumnya, seiring jatuhnya harga bijih besi yang juga secara langsung mengurangi penerimaan pajak.

Menteri Keuangan Australia Joe Hockey menyampaikan defisit anggaran mungkin akan berada di nilai A$40,4 miliar atau setara US$33,2 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Juni 2015 mendatang, naik dari estimasi pada Mei lalu yaitu A$29,8 miliar.

“Kini kita menjadi saksi defisit berada di tingkat paling tinggi, sejak perdagangan kita dicatat 1959 lalu. Defisit melebar lebih dari yang kita duga,” kata Hockey dalam Mid-year Economic and Fiscal Outlook di Canberra, Senin (15/12/14).

Dalam laporan tersebut, pemerintah juga memproyeksi angka pengangguran meningkat 6,5% di pertengahan tahun depan, lebih tinggi dari proyeksi Mei 6,25%.

Padahal, sejak menjabat 15 bulan lalu, Hockey berjanji untuk menekan tingginya utang dan defisit Negeri Kanguru.

Seperti diketahui, tugas Hockey dan Perdana Menteri Tony Abbott dalam memimpin negara itu tidaklah mudah mengingat posisi oposisi yang cukup kuat.

Oposisi menuntut penghematan dilakukan di tengah rendahnya penerimaan pajak negara itu.

Ekonom JPMorgan Chase & Co, Tom Kennedy menyampaikan bahwa pemerintah memang tengah berada di posisi sulit karena mereka tidak dapat memaksimalkan belanja sedangkan situasi ekonomi domestik dan luar negeri belum stabil.

“Kebijakan fiskal akan sangat restriktif dalam 4-5 tahun mendatang seiring pemerintah ingin menyeimbangkan defisit anggaran,” kata Kennedy.

Adapun, pemerintah mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 2,5% tahun ini dan tahun depan, menyusul data yang menunjukkan negara itu hanya tumbuh 0,3% (quarter-to-quarter) pada kuartal III, laju paling lambat dalam 18 bulan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Saeno
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper