Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia Harus Hemat Cadangan Devisa

BI diimbau untuk tak terlalu gencar mengintervensi pasar, baik melalui operasi pasar maupun kebijakan suku bunga, mengingat pola gerakan rupiah sebelumnya menunjukkan perlemahan akan reda memasuki awal tahun baru.
/JIBI
/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA— BI diimbau untuk tak terlalu gencar mengintervensi pasar, baik melalui operasi pasar maupun kebijakan suku bunga, mengingat pola gerakan rupiah sebelumnya menunjukkan perlemahan akan reda memasuki awal tahun baru.
 
Ekonom Standar Chartered Eric Sugandi menilai strategi intervensi takkan banyak memperbaiki kondisi psikologis pasar yang kadung panik pascarupiah tembus level psikologis Rp12.500 per dolar Amerika Serikat.

“Tidak bisa apa-apa. Intervensi pasar paling menjaga volatilitas saja,” katanya, Rabu (17/12/2014).
 
BI tercatat menggelontorkan sekitar Rp1,7 triliun untuk mengerem gejolak di pasar surat utang dalam beberapa hari terakhir.

Adapun, dalam rilisnya tentang cadangan devisa per akhir Oktober 2014, BI berargumen cadangan devisa terkikis tipis—dari US$111,9 menjadi US$111,14 miliar—disebabkan oleh kegiatan operasi pasar untuk menjaga stabilitas rupiah.
 
Menurutnya, kondisi kini serupa dengan akhir tahun lalu saat rupiah tembus Rp12.200-an di tengah prospek penghentian stimulus moneter AS atau tapering off di samping permintaan dolar yang tinggi karena kebutuhan pelunasan utang korporasi.

Hanya, tahun ini isunya bergeser daritapering off menjadi kenaikan fed funds rate.
 
Tahun lalu, setelah terjungkal nyaris ke level Rp12.300 rupiah kembali dibuka pada posisi Rp12.156 per dolar pada perdagangan awal tahun 2014. Eric menekankan kenaikkan suku bunga di saat ini pun bukan pilihan yang tepat.
 
Menurutnya, langkah itu hanya akan menolong dalam hitungan hari tetapi efek negatifnya akan lebih banyak, terutama bagi sektor riil.

Meski begitu, tim ekonom Standard Chartered melihat potensi kenaikan suku bunga pada semester II/2015 untuk mengimbangi kenaikan suku bunga AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper