Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Loyo, Apindo Jabar Minta Insentif Pemerintah

Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Barat meminta pemerintah segera memberikan insentif terhadap industri dan dunia usaha agar bergerak cepat melakukan ekspor guna mengatasi kerugian akibat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belakangan ini.

Bisnis.com, BANDUNG—Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Barat meminta pemerintah segera memberikan insentif terhadap industri dan dunia usaha agar bergerak cepat melakukan ekspor guna mengatasi kerugian akibat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belakangan ini.

Ketua Apindo Jabar Dedy Widjaja menyatakan dengan penggenjotan ekspor maka persoalan depresiasi rupiah gara-gara peningkatan volume pembelian dolar untuk membayar utang yang jatuh tempo bisa sedikit teratasi.

Namun, katanya, informasi dan komunikasi yang terjalin pengusaha dengan pemerintah belum masuk dalam kategori cepat sehingga banyak peluang ekspor produk yang terbuang dan belum bisa dimanfaatkan maksimal.

“Menghadapi tantangan yang kian kompleks, maka pemerintah dituntut dengan cepat memberikan insentif terhadap industri seperti sekarang ini. Hal ini untuk menjaga kualitas produk agar tetap layak diekspor ke luar negeri,” katanya kepada Bisnis, Kamis (18/12).

Kendati demikian, pihaknya tetap mengkhawatirkan jika depresiasi rupiah terhadap dolar AS melewati angka Rp13.000 hingga 2015 mendatang.

Dia beralasan bahan baku industri dalam negeri selama ini mayoritas diimpor.

"Jadi jangan sampai kesempatan untuk menggenjot ekspor ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Sehingga nantinya akan tergelincir karena bahan baku industri masih didapat dari impor,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, para pengusaha mengharapkan agar Bank Indonesia jangan menaikan suku bunga karena akan berdampak pada likuiditas dan kredit yang tidak berjalan.

Dia menjelaskan jika hal tersebut terjadi maka akan memukul ekspor industri dalam negeri.

Di sisi lain, depresiasi rupiah terhadap dolar AS Serikat justru berdampak positif bagi kalangan eksportir rotan karena selisih keuntungan mereka dari nilai ekspor kian bertambah.

Ketua Masyarakat Pekerja Kerajinan Rotan Seluruh Indonesia Badrudin mengatakan depresiasi rupiah terhadap dolar AS cukup membantu kalangan eksportir untuk menutupi biaya produksi pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi yang mengerek biaya transportasi hingga 40%.

Dia menjelaskan saat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp11.500 keuntungan pengusaha rotan hanya sebesar 10% dari produk yang diekspor.

Namun, dengan nilai tukar saat ini sekitar Rp12.700 per dolar maka keuntungan pengusaha rotan selisihnya bisa mencapai 14%.

“Minimal selisih kenaikan keuntingan akibat menguatnya dolar, biaya angkutan bisa tertutup,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper