Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPIAH JEBLOK: Perbankan Awasi Risiko Pasar

Fluktuatif nilai tukar rupiah membuat industri perbankan kian reaktif memperhatikan risiko pasar yang bisa muncul.
Rupiah/Bisnis
Rupiah/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Fluktuatif nilai tukar rupiah membuat industri perbankan kian reaktif memperhatikan risiko pasar yang bisa muncul.

Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengungkapkan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar tergolong tertinggi sejak 1998 dan hal ini berpengaruh pada psikologis pengusaha.

"Yang menjadi perhatian utama saat ini adalah risiko pasar, lalu risiko likuiditas dan kredit," katanya,  Rabu (17/12/2014).

Parwati mengharapkan agar kondisi pasar dann gejolak nilai tukar rupiah bissa lebih aman dan tenang. Dia mengungkapkan Bank OCBC NISP memiliki rasio fungsi intermediasi dalam bentuk valuta asing (valas) di posisi 80%.

Menurutnya, angka tersebut cenderung lebih rendah daripada loan to deposit ratio (LDR) rupiah yang berada di posisi 90%. Hingga akhir tahun, perusahaan akan menjaga LDR valas di kisaran 80%--90% sampai akhir tahun ini.

Dia mengungkapkan perusahaan dipimpinnya memiliki dana valas yang cukup ditambah dengan dana dari parent senilai US$300 juta yang bisa ditarik bila dibutuhkan.  "Namun kami berharap kondisi tetap tenang dan stabil agar dana dari parent yang di Singapura tidak diambil,"  katanya.

Sebelum menyalurkan kredit valas, katanya, Bank OCBC NISP akan menerapkan prinsip prudent dan memberikan kredit kepada perusahaan yang berpenghasilan dolar untuk menghindari risiko nilai tukar.

Bila korporasi debitur meminjam dolar dan berpenghasilan dolar, maka perusahaan tersebut sudah melakukan lindung nilai alami (hedging natural).

Parwati menuturkan dalam penyalauran kredit valas, Bank OCBC NISP akan lebih konservatif. Adapun porsi kredit valas berkisar 25%--30% dari outstanding kredit. Menurutnya, dalam penyaluran kredit, bank asal Singapura tersebut lebih banyak berkolaborasi dengan parent.

Berdasarkan  Statistik Perbankan Indonesia, total kredit dalam valas pada Sepetember 2014 mencapai Rp600,2 triliun, tumbuh 12,92% dari posisi Rp531,5 triliun pada periode yang sama.

Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) pada kuartal III/2014 mencapai Rp660,39 triliun, tumbuh 7,24% dari posisi Rp615,77 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Keuangan PT Bank Danamon Indonesia Tbk Vera Eve Lim mengungkapkan perbankan sudah memprediksikan kondisi rupiah termasuk rentan terhadap perubahan global. Kendati demikian, Bank Danamon akan menjaga likuiditas valas dan memperhatikan risiko nilai tukar.

"Kami  jaga likuiditas dengan LDR valas yang rendah sejak awal tahun, di kisaran sekitar 40%," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper