Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Diminta Dorong Bank Buat Produk Keuangan Perdesaan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diminta untuk mendorong industri perbankan membuat produk keuangan yang dapat menyasar masyarakat di perdesaan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, SOLO --- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diminta untuk mendorong industri perbankan membuat produk keuangan yang dapat menyasar masyarakat di perdesaan.

Director center for governance, banking, and finance Univesitas Sebelas Maret Irwan Trinugroho mengatakan banyak masyarakat yang tinggal di perdesaan enggan untuk meminjam uang di bank lantaran aturan peminjaman yang tidak fleksibel.

"Banyak rumah tangga dan pedagang pasar kecil di daerah Yogyakarta dan Solo yang secara ekonomi tidak punya uang, meminjam uang di rentenir. Ini hasil penelitian kami yang dilakukan pada 2013," ujarnya kepada Bisnis dalam acara The 1st Conference and Declaration Indonesian Finance Association 2015 di Solo Paragon Hotel, Kamis (15/1).

Banyak warga yang meminjam uang kepada rentenir, lanjutnya, karena proses yang lebih mudah dan tidak memerlukan jaminan. Selain itu, pengembalian uangnya pun bisa dilakukan setiap hari.

"Mereka nyaman dengan proses yang mudah seperti itu, walaupun bunganya sangat besar sekitar 163% per tahunnya," ucapnya.

Rentenir, lanjut Irwan, tidak memiliki badan hukum dan aturan yang mengatur sehingga apabila ada kasus antara debitur dan kreditur tidak ada pihak yang dapat membantu.

"Rentenir ini kan tidak punya legal formalnya. Keberadaan mereka juga banyak di pasar. Misalnya, saya bisa meminjam uang ke bank, lalu saya pinjamkan lagi kebeberapa orang dengan bunga yang tinggi, kan bisa. Kalau terjadi apa-apa pun tidak ada pihak yang bisa membantu," katanya.

Irwan menilai masyarakat yang berpenghasilan rendah sangat ketergantungan dengan rentenir. Keberadaan rentenir ini memang diperlukan oleh masyarakat yang membutuhkan pinjaman uang.

"Bank pun tidak mau masuk ke segmen ini karena terlalu berisiko dan mahal," ujarnya.

Menurut Vice President Program and International Relations IFA ini, kurangnya literasi keuangan masyarakat menjadi faktor utama peminjaman uang kepada rentenir.

"Mereka enggak terliterasi. Mereka takut duluan masuk bank saja dengan situasi yang terlalu formal," ucapnya.

Seperti diketahui, berdasarkan survei literasi keuangan nasional OJK pada 2013, baru sekitar 21,8% dari total penduduk Indonesia yang benar-benar paham dengan produk dan layanan keuangan.

Pihaknya berharap pemerintah dapat membentuk lembaga keuangan atau mendorong industri perbankan agar membuat produk yang bisa digunakan oleh masyarakat tersebut.

"Bentuk lembaga keuangan atau dorong bank buat produk yang memudahkan bagi masyarakat di perdesaan dan dengan bunga yang rendah di bawah rentenir, misalnya maksimal 30% per tahunnya," tutur Irwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper