Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Kian Merosot, JK: Bayar Utang Lebih Mahal

Wakil Presiden Jusuf Kalla menuturkan depresiasi rupiah yang hampir menyentuh Rp13.000 per dolar AS menyebabkan pemerintah harus bayar utang luar negeri dengan lebih mahal.
rupiah/JIBI-Abdullah Azzam
rupiah/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Wakil Presiden Jusuf Kalla menuturkan depresiasi rupiah yang hampir menyentuh Rp13.000 per dolar AS menyebabkan pemerintah harus bayar utang luar negeri dengan lebih mahal.

JK menuturkan, melemahnya nilai tukar Garuda dipicu oleh bermacam-macam hal, termasuk koreksi proyeksi perekonomian China, krisis utang di Yunani dan Eropa, dan membaiknya ekonomi AS. ‎

"Akibatnya rupiah melemah dengan kebijakan-kebijakan itu. Kemudian tentu kita juga harus perhatikan masalah-masalah kita juga, apa yang memperkuat ekspor kita lebih lanjut," kata JK di kantornya, Senin (2/3/2015).

Nilai tukar rupiah ditutup turun 0,29% ke Rp12.970 per dolar AS setelah sempat merosot ke atas Rp13.000 per dolar AS pada awal perdagangan, Senin (2/3).

Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah pagi ini dibuka turun 0,34% ke Rp12.976 per dolar AS kemudian sempat anjlok ke Rp13.001 per dolar AS pada pukul 08.30 pagi. Titik terkuat rupiah hari ini ada di Rp12.950 per dolar AS.‎

Di tengah depresiasi rupiah ini, pemerintah sedang menyusun daftar proyek dalam Blue Book yang akan dibiayai lewat utang luar negeri, termasuk utang berdenominasi dolar AS. Depresiasi nilai tukar Garuda diakui akan mempengaruhi beban utang pemerintah.

"Memang utang bayarnya lebih mahal. Tetapi kalau utang baru akan lebih banyak rupiahnya," kata JK.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Juni 2014 tercatat sebesar US$284,9 miliar. Posisi ULN tersebut meningkat US$8,6 miliar atau 3,1% dibandingkan posisi akhir kuartal I/2014 sebesar US$276,3 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper