Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Anjlok, Gubernur BI Bilang Tak Perlu Panik

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menegaskan masyarakat dan pelaku pasar tidak perlu panik dan khawatir atas depresiasi mata uang Garuda yang menyentuh Rp13.200/US$.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menkeu Bambang PS Brodjonegoro, Gubernur BI Agus Martowardojo dan Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad memberi keterangan pers soal depresiasi rupiah di Kantor Presiden, Rabu (11/3/2015)./JIBI-Akhirul Anwar
Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menkeu Bambang PS Brodjonegoro, Gubernur BI Agus Martowardojo dan Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad memberi keterangan pers soal depresiasi rupiah di Kantor Presiden, Rabu (11/3/2015)./JIBI-Akhirul Anwar

Bisnis.com, JAKARTA--Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo menegaskan masyarakat dan pelaku pasar tidak perlu panik dan khawatir atas depresiasi mata uang Garuda yang menyentuh Rp13.200/US$.

Seusai rapat dengan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Agus menuturkan sejak awal tahun hingga Maret 2015, rupiah telah terdepresiasi 5,7%. Kondisi tersebut, kata Agus, didorong oleh perkembangan ekonomi global dan regional.

"Harus kita hadapi dengan waspada. Tetapi kita tidak perlu panik, khawatir, karena ini adalah satu langkah menuju kondisi normal yang baru dan kita harus betul-betul fokus," kata Agus di Istana Kepresidenan, Rabu (11/3).

Sebagai otoritas moneter, imbuhnya, Bank Indonesia akan menjaga volatilitas rupiah. Agus menegaskan pihaknya tidak akan memberikan kesempatan volatilitas rupiah yang tidak sehat.

"Kami akan pastikan ketersediaan dolar di pasar," tuturnya.

Agus memaparkan depresiasi kurs Rupiah sebesar 5,7% relatif rendah dibandingn melorotnya mata uang negara berkembang lainnya, seperti Real Brasil terdepresiasi 16,7%, dan Lira Turki 13%.

"Kondisi Indonesia depresiasi tetapi tidak sebesar negara berkembang lainnya. Di asean, nilai rupiah tidak lebih buruk dari negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura yang cukup tertekan. Di dunia, dolar Australia dan dolar Selanda Baru depresiasinya lebih besar daripada rupiah," papar Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ana Noviani
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper