Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Kelolaan Unit Link Allianz Capai Rp12,28 Triliun

Allianz Life Indonesia membukukan total dana kelolaan atau Assets Under Management (AUM) untuk produk asuransi berbasis investasi (unit link) senilai Rp12,28 triliun sampai akhir tahun lalu.

Bisnis.com, JAKARTA—Allianz Life Indonesia membukukan total dana kelolaan atau Assets Under Management (AUM) untuk produk asuransi berbasis investasi (unit link) senilai Rp12,28 triliun sampai akhir tahun lalu.

Berdasarkan data resmi yang diterbitkan Allianz dan dikutip pada Sabtu (21/3/2015), jumlah dana kelolaan tersebut adalah 48% dari seluruh total dana kelolaan Allianz di Indonesia. “Total AUM yang kami kelola sampai akhir tahun lalu Rp25,6 triliun, 48%-nya unit link, sisanya dana dari asuransi jiwa dan kesehatan serta dana pensiun,” ujar Chief Investment Officer Allianz Alan T. Darmawan.

Alan menyebutkan, pihaknya memiliki 16 varian pilihan pengelolaan dana investasi untuk produk unit link. Dari total pilihan investasi tersebut, investasi berbasis saham lewat keranjang investasi bernama SmartLink Rupiah Equity Fund memiliki porsi terbesar yakni mencapai 54,96% atau senilai Rp6,75 triliun. Fund investasi tersebut menempatkan 89,53% dana pada saham dan sisanya pada deposito.

Di posisi ke dua ada produk investasi SmartLink Rupiah Balance Fund yang menempatkan 30,47% dana di saham. Sisanya, sebesar 35,2% ditempatkan pada reksadana pendapatan tetap dan 34,33% pada 34,33%. Total dana yang ditempatkan pada pilihan investasi tersebut senilai Rp2,51 triliun.

Alan menjelaskan, sebelum tahun 2005, investasi berbasis pendapatan tetap menjadi idola para nasabah. Namun pasca 2005, tepatnya pada 2007, terjadi titik balik, nasabah Allianz lebih memilih equity fund dan balance fund.

“Setelah terjadi krisis, nasabah menyadari bahwa yang fix dari investasi pendapatan tetap bukanlah pendapatannya, tetapi bunganya,” kata Alan.

Allianz Investment Management Eugen Walter Loeffler meyakini tahun ini saham akan tetap memberikan kinerja yang baik, didukung oleh banyaknya rencana reformasi Presiden Jokowi dan keyakinan atas implementasinya. Menurutnya, sektor-sektor yang kemungkinan besar meraup keuntungan dari reformasi tersebut adalah konstruksi, infrastruktur, dan sektor industri lainnya.

“Di lain pihak, sektor konsumen dan retail akan menghadapi tantangan awal dari tingginya harga bahan bakar dan tekanan inflasi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper