Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beban Bunga Tinggi Masih Membayangi Sejumlah Bank

Meskipun suku bunga dana di industri perbankan dalam tren menurun, malah sekelompok bank masih menghadapi tekanan beban bunga.nn

Bisnis.com, JAKARTA--Meskipun suku bunga dana di industri perbankan dalam tren menurun, malah sekelompok bank masih menghadapi tekanan beban bunga.

Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk Glen Glenardi mengungkapkan bahwa biaya untuk menghimpun dana-dana masyarakat masih cukup mahal. Menurutnya, tekanan tersebut telah berimbas pada penekanan laba perusahaan.

"Biaya dana secara umum masih cukup mahal," ungkapnya pada Bisnis.com, Kamis (30/4/2015).

Hingga Maret 2015, beban bunga Bank Bukopin mencapai Rp1,22 triliun atau tumbuh 30% dari posisi Rp938 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi tersebut telah mengggerus pendapatan bunga bersih hingga 4,75%.

Di sisi lain, Glen menambahkan dana pihak ketiga (DPK) Bank Bukopin tumbuh lebih tinggi dari penyaluran fungsi intermediasi yakni 15,27% secara year on year, dari posisi Rp55,7 triliun pada Maret 2014 menjadi Rp64,21 triliun pada Maret 2015. Sedangkan kredit BBKP tumbuh 13,68% secara y-o-y.

Mahal biaya dana juga dihadapi oleh bank dengan aset terbesar di Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk. Hingga Maret 2015, beban bunga emiten berkode BMRI mencapai Rp6,03 triliun atau tumbuh 39% dari posisi Rp4,32 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin tak menampik bahwa kondisi likuiditas sempat mengetat. Namun memasuki tahun ini, likuiditas mulai membaik sehingga pada April, bahkan special rate sudah turun cukup agresif.

"Special rate turun cukup agresif dan diharapkan beban bunga turun," ungkapnya.

Budi mengungkapkan meningkatnya beban bunga perseroan juga telah menggerus margn bunga bersih (net interest margin /NIM). Adapun posisi NIM BMRI pada Maret 2014 mencapai 5,94% menjadi 5,41% pada kuartal I/2015. Hal serupa juga terjadi pada Bank Bukopin, NIM perusahaan tergerus hingga 72 basis poin dari posisi 3,98% menjadi 3,26%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper