Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Kebijakan Moneter Dilonggarkan, Apa Selanjutnya?

Bank Indonesia mengambil langkah untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate.

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia mengambil langkah untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate.

Namun, dari sisi makroprudensial, bank sentral mengambil langkah dengan melonggarkan sejumlah aturan diantaranya terkait revisi ketentuan GWM-LDR, ketentuan LTV untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), serta ketentuan pembayaran uang muka (down payment) untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kondisi saat ini dengan harga komoditas yang rendah, nilai tukar rupiah yang tertekan, dan inflasi yang belum stabil membuat Bank Indonesia mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan BI Rate.

"Kebijakan moneter belum bisa begeser dari fokus stability. Sampai kapan? Sampai semua bisa dipastikan itu memang bisa terjaga. Tapi, bukan berarti Bank Indonesia tidak care terhadap pertumbuhan ekonomi. Pelonggaran makroprudential merupakan support Bank Indonesia terhadap pertumbuhan," ujarnya di Jakarta, pekan ini.

Dengan melonggarkan sejumlah aturan tersebut, pihaknya berharap dapat mendorong penyaluran kredit industri perbankan pada tahun ini.

"Meskipun hanya setengah tahun, pelonggaran LTV ini akan mampu menambah kredit keseluruhan 1%. Jadi kalau tidak ada LTV, kredit itu paling banter 14% dengan asumsi fiskal dan belanja modal yang terealisasi serta ekonomi tumbuh, dengan LTV bisa didorong jadi 15%," katanya 

Pelonggaran makroprudensial juga diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan kepercayaan para pebisnis dan bankir.

"Tambahan perubahannya bisa 0,05% dan 0,01% dari pelonggaran aturan makroprudensial. Tapi kan belum ditambah geliat persepsi bisnis dan bankir yang tumbuh lagi," ucapya.

Langkah untuk melonggarkan aturan makroprudentiak tersebut, menurut Perry, merupakan langkah yang seimbang karena saat ini kebijakan moneter yang belum bisa bergeser dari fokus untuk stabilisasi.

"Relaksasi makroprudensial ini cukup akomodatif dan agresit dalam mendorong kredit dan pertumbuhan. Kenapa LTV sektor konsumsi karena sektor yang leading. Ini balance Bank Indonesia antara moneter yang belum bisa bergeser dari stability tapi kita merelaksasi makro prudential. Ini cukup agresif untuk dorong pertumbuhan dan kredit," tuturnya.

Bank Indonesia mempunyai dua alat yakni moneter dan makroprudensial yang dapat digunakan dalam kondisi yang dilematis seperti saat ini. 

"Kami punya manuver untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kalo dari sisi moneternya agak sulit kita untuk bergerak, maka sisi makroprudensialnya yang diatur biar kredit dan ekonomi meningkat," ucapnya.

Namun, apabila kondisi ekonomi dalam kondisi yang baik dan kredit meningkat, pihaknya tidak memungkiri akan melakukan evaluasi kembali kebijakan terkait LTV tersebut.

"Kalau nanti kreditnya properti dan kendaraan meningkat, kami akan evaluasi lagi, ini berlebih atau tidak. Pada saat itu bisa kami ketatkan kembali," ujar Perry.

Setelah dari Jl Thamrin (Bank Indonesia) berupaya memacu pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi dengan melonggarkan moneter, apakah yang akan dilakukan oleh Lapangan Banteng (Kementerian Keuangan) atau pemerintah? Dari sisi fiskal hanya dibutuhkan kelancaran dan kecepatan dalam merealisasikan belanja anggaran.

Pasalnya, salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi kuartal I/2015 tergerus menjadi 4,71% karena faktor konsumsi yang melambat. Dengan pencairan anggaran otomatis akan memicu konsumsi masyarakat meningkat, sehingga dapat merespons pelonggaran kebijakan moneter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper