Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menengok Potensi Bisnis Bank di Myanmar

Hingga awal Juni 2015, masih terlihat beberapa pria berpakaian kaos dan sarung serta menggunakan sandal jepit sedang menenteng kantong kresek besar. Tebak apa isinya? Uang.
KBRI Yangon/setkab.go.id
KBRI Yangon/setkab.go.id

Bisnis.com, YANGON -- Pada hari penerimaan gaji, umumnya para pekerja di Indonesia ramai mendatangi mesin anjungan tunai mandiri (ATM) terdekat untuk sekedar mengecek saldo tabungan, melakukan tarik tunai, atau menggelar transaksi perbankan lainnya.  

Namun, berbeda dengan para pekerja asal Indonesia yang berkarir di negara tetangga, Myanmar. Para pegawai Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon, Myanmar, misalnya. Mereka harus menerima gaji lebih lambat dari jadwal yang ditetapkan.  

Penyebabnya, untuk mengakses upah bulanan tersebut, para pegawai ini harus pergi ke negara tetangga, Singapura.  

“Karena kantor cabang bank asal Indonesia yang terdekat hanya di Singapura. Jadi tiap bulan sambil menenteng koper, kami harus ke sana untuk mengambil gaji,” tutur Sigit Witjaksono, Kepala Divisi Ekonomi KBRI di Yangon, Myanmar, Jumat (5/6/2015).  

Tak hanya itu, hingga kini pun beberapa pegawai KBRI masih mengandalkan pengiriman uang cara tradisional jika  hendak memberikan cuan ke sanak saudara di Tanah Air. Caranya, yakni lewat penitipan melalui kenalan di Yangon yang hendak ke Indonesia. 

Memang sejak Mei 2015, para pegawai KBRI di Yangon boleh bernapas lega. Mereka bisa mengambil gaji lewat bank asal Myanmar, KBZ Bank. Sebab, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. disebutkan telah menjalin korespondensi dengan bank tersebut.  

Namun, secara keseluruhan, eksistensi bank asal Indonesia di negara berjulukan Tanah Emas tersebut masih minim.

Padahal, potensi perbankan di negara beriklim tropis ini masih besar. Kendati memiliki 4 bank persero, 19 bank swasta, 17 kantor representatif bank asing, dan 9 kantor cabang bank asing, masyarakat di negara ini masih minim memanfaatkan jasa perbankan.

Minimnya pemanfaatan jasa bank, bisa langsung terlihat ketika berkunjung ke negara ini. Hingga awal Juni 2015, masih terlihat beberapa pria berpakaian kaos dan sarung serta menggunakan sandal jepit sedang menenteng kantong kresek besar. Tebak apa isinya? Uang.

“Bahkan terkadang mereka membawa karung berisi uang ketika hendak membeli produk elektronik,” jelas salah satu pegawai KBRI di Yangon.

Data KBRI di Yangon merekam negara dengan pendapatan domestik bruto (PDB) senilai US$58 miliar  ini baru membuka jaringan pembayaran internasional Mastercard dan Visa pada 2012. Industri perbankan di negara ini juga baru mengembangkan layanan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dan  internet banking

Kini, Myanmar tengah gencar mengembangkan industri perbankannya. Salah satu caranya dengan mengizinkan bank asal negara lain untuk membuka kantor cabang di negara dengan pendapatan perkapita senilai US$1.050 tersebut.

Nah, bagi bank asal Indonesia, korporasi asal Tanah Air yang tengah berinvestasi di Myanmar, nampaknya bisa menjadi peluang bisnis besar. Sebab, selama 5 tahun terakhir, nilai perdagangan antara Myanmar dan Indonesia mengalami lonjakan drastis.

Data KBRI di Yangon merekam pada periode April 2014-Maret 2015, nilai perdagangan kedua negara ini telah mencapai US$636,6 juta. Angka tersebut  meroket 258% dari Rp177,5 juta pada April 2009-Maret 2010. Tak main-main, hingga 2016 mendatang, nilai perdagangan Indonesia dan Myanmar tersebut ditargetkan mencapai US$1 miliar.

Menurut Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Uni Myanmar Ito Sumardi, potensi besar tersebut perlu digarap dengan adanya kemitraan yang kuat di sektor perbankan untuk mendukung hubungan ekonomi, investasi, dan perdagangan kedua negara. Ito menyebutkan dalam waktu dekat BNI akan segera membuka kantor cabang di negara tersebut.

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pun, dikatakan Ito, telah mulai melirik Myanmar. Direktur Treasury & Market Bank Mandiri Pahala N. Mansury mengakui potensi segmen korporasi di Myanmar  cukup besar. Kendati demikian, dalam waktu dekat pihaknya belum berniat melakukan pembukaan kantor cabang di Myanmar.

“Kami mengincar membangun kerja sama dengan bank asal Myanmar untuk membangun hubungan koresponden, termasuk untuk remitansi,” tutur Pahala.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. pun belum berniat membuka kantor cabang di negara yang dipimpin Presiden U Thein Sein tersebut. “Kami mau melihat dulu potensinya,” ujar Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam.

Dari sektor swasta, Lippo Group pun sudah mulai menyatakan minat untuk menggarap sektor perbankan di Myanmar. Kendati demikian, CEO Lippo Group James Riady menuturkan niat tersebut masih dalam kajian.

Melihat masih minimnya jejak bank asal Indonesia di Myanmar, menjadi peluang besar bagi entitas bank asal Tanah Air untuk mulai berekspansi ke negara yang merdeka pada 4 Januari 1948 tersebut.

Yah, dari pada berebut kue di sesama negara Asean yang industri perbankannya sudah jenuh, kenapa tidak mengambil kue dari negara yang penetrasi banknya masih rendah?

Siapa tahu nanti Sigit dan rekan KBRI lainnya tak hanya mengambil gaji dari KBZ Bank saja, tapi dari bank asal Indonesia yang berekspansi ke Tanah Emas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia edisi 26/6/2015

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper