Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

POLEMIK JHT: Revisi PP Dituding Setengah Hati

Kalangan pekerja yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menilai revisi Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Hari Tua hanya setengah hati.
Sejumlah buruh dari Gerakan Buruh Indonesia (GBI) dan KSPI melakukan aksi unjuk rasa menolak peraturan pemerintah soal jaminan hari tua di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (3/7). Dalam orasinya mereka menolak secara tegas Peraturan Pemerintah no 46 Tahun 2015 terkait Jaminan Hari Tua (JHT) yang telah diberlakukan oleh Menaker dan BPJS Ketenagakerjaan. /ANTARA
Sejumlah buruh dari Gerakan Buruh Indonesia (GBI) dan KSPI melakukan aksi unjuk rasa menolak peraturan pemerintah soal jaminan hari tua di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (3/7). Dalam orasinya mereka menolak secara tegas Peraturan Pemerintah no 46 Tahun 2015 terkait Jaminan Hari Tua (JHT) yang telah diberlakukan oleh Menaker dan BPJS Ketenagakerjaan. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA -- Kalangan pekerja yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menilai revisi Peraturan Pemerintah tentang Jaminan Hari Tua hanya setengah hati.

Pekerja tidak bisa menerima ketentuan terkait dengan keharusan bagi peserta aktif yang tetap harus menunggu 10 tahun untuk bisa mengambil 100% dari saldo JHT dan sisanya diambil saat usia 56 tahun.

"Ini setengah hati dan asal-asalan pernyataan Dirut BPJS Ketenagakerjaan dan Menteri Ketenagakerjaan ini. Kalau revisinya hanya mengatur pekerja yang di-PHK boleh mencairkan JHT kami tolak lagi," kata Presiden KSPI Said Iqbal, Minggu (5/7/2015).

Menurutnya, JHT adalah tabungan pekerja yang bisa digunakan saat kebutuhan mendesak. Untuk itu menurutnya angka 5 tahun sudah cukup ideal. Jika 10 tahun, menurutnya, hal itu akan terlalu lama.

"Waktu kepesertaan yang bisa mengambil JHT setelah 10 tahun dan saat usia 56 tahun,ini yang masyarakat tidak setuju karena waktu pengambilan yang terlalu lama," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper