Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketiga Kalinya, ADB Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Setelah Bank Dunia dan IMF, kali ini giliran Bank Pembangunan Asia (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia dari 5,5% menjadi 4,8%-5,2% sepanjang 2015.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011-2015. / Bisnis
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011-2015. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Setelah Bank Dunia dan IMF, kali ini giliran Bank Pembangunan Asia (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia dari 5,5% menjadi 4,8%-5,2% sepanjang 2015.

Revisi ini adalah kali ketiga ADB memangkas estimasinya terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang awalnya diramalkan bisa mencapai 5,6%. Deputy Country Director ADB Indonesia Edimon Ginting mengatakan faktor utama penurunan proyeksi itu adalah kontribusi pemerintah yang ternyata lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan semula.

“Ada keterlambatan penyerapan belanja modal pemerintah yang hingga kini baru 12% dan di sisi penerimaan juga. Ini yang paling penting,” kata Edimon di Kantor ADB Indonesia, Selasa (7/7/2015). Lembaga multilateral itu mengestimasikan penyerapan belanja modal pemerintah untuk tahun fiskal 2015 akan mencapai 88%.

Hingga Juni 2015, realisasi belanja modal pemerintah tercatat baru Rp22,8 triliun atau 10,9% dari pagu. Padahal, belanja inilah yang memberikan efek terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan pos belanja lainnya.

Dia menambahkan belanja modal pemerintah adalah faktor yang akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pada semester II/2015 setelah terkontraksi cukup dalam selama kuartal I/2014 ke level 4,7%. Jika pada akhirnya penyerapan belanja modal pemerintah tak sesuai perkiraan maka dipastikan pertumbuhan akan terkontraksi lebih jauh.

Sementara itu, dari segi penerimaan, Edimon menilai tahun ini pemerintah masih menorehkan shortfall kendati selisih antara target dan realisasi penerimaan itu takkan sampai mengurangi porsi belanja secara signifikan.

Selain realisasi anggaran, perekonomian juga tertekan oleh dampak negatif dari kebijakan reformasi pemerintah a.l. perlambatan konsumsi karena penghapusan subsidi bahan bakar minyak (BBM), perombakan aturan akusisi lahan, dan perubahan sistem pengajuan investasi.

Di sisi lain, konsumsi sebagai salah satu pengungkit utama pertumbuhan juga diyakini akan cenderung melemah. “Ini adalah hal yang juga harus diperhatikan. Namun, dengan pertumbuhan sekitar 5% seharusnya konsumsi Indonesia masih mampu tumbuh 7%-8% sepanjang tahun,” kata Country Director ADB Indonesia Steve Tabor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper