Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI AS, Kinerja Korporasi Masih Lemah

Kinerja korporasi Amerika Serikat sepanjang kuartal II/2015 diproyeksi akan jadi yang terburuk selama nyaris enam tahun terakhir dipicu oleh lemahnya penjualan.
Amerika/Ilustrasi
Amerika/Ilustrasi

Bisnis.com, NEW YORK - Kinerja korporasi Amerika Serikat sepanjang kuartal II/2015 diproyeksi akan menjadi yang terburuk selama nyaris 6 tahun terakhir dipicu oleh lemahnya penjualan.

Sebenarnya, sejak hantaman krisis finansial pada 2008-2009 perusahaan Negeri Paman Sam relatif berhasil mempertahankan perfoma keuangannya dengan berbagai stragegi a.l. pemangkasa ongkos produksi dan pembelian saham kembali (buyback).

Namun, analis menilai langkah itu takkan mampu menopang kinerja dalam jangka panjang.‎ Pasar pun mulai mengkhawatirkan hal tersebut. Terlebih, setelah analis mengestimasikan kinerja keuangan perusahaan dalam daftar S&P 500 akan masih melempem.

Analis menilai, penentuan utamanya adalah seberapa lama korporasi S&P 500 akan terus terkontraksi dari sisi penjualan. Apalagi, setelah dihantam oleh ambruknya harga komoditas sektor energi dan penguatan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang dunia.

Apresiasi dolar besar-besaran sudah dikeluhkan pelaku usaha sejak beberapa bulan lalu. Pasalnya ongkos produksi dalam dolar menjadi mahal sehingga konsumen internasional lebih memilih produk asal negara lain yang dibanderol dalam mata uang di luar dolar AS dengan nilai lebih murah.

"Kita tahu strategi perusahaan selama ini takkan berkelanjutan untuk menumbuhkan laba jika penjualan terus melemah," kata pendiri lembaga riset independen, The Earnings Scout, Nick Raich, Selasa (14/7/2015).

Raich menambahkan, itulah mengapa penjualan lebih penting dibandingkan laba pada laporan kuartal II/2015.
"Selama suku bunga pinjaman lebih rendah dibandingkan imbal hasil laba korporasi, akan ada aksi buybacks dan langkah itu telah mendorong performa pertumbuhan perusahaan," kata Wakil Presiden Senior BB&T Wealth Management Bucky Hellwig.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper