Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA BJB: Sektor Konsumsi Jadi Pendorong Penyaluran Kredit

Sektor konsumsi masih menjadi motor pendorong utama pertumbuhan kredit PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB).
Direktur Utama PT Bank Pembagunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) Ahmad Irfan didampingi direksi lainnya memberikan penjelasabn mengenai kinerjan perusahaan seusai Analyst Meeting di , Jakarta (30/7). Bank Bjb pada triwulan II tahun 2015 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp582 miliar atau meningkat 22,1% (y-o-y). Pencapaian kinerja tersebut mencerminkan peningkatan aktivitas bisnis Bank BJB terutama di bidang penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga. /Bisnis
Direktur Utama PT Bank Pembagunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) Ahmad Irfan didampingi direksi lainnya memberikan penjelasabn mengenai kinerjan perusahaan seusai Analyst Meeting di , Jakarta (30/7). Bank Bjb pada triwulan II tahun 2015 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp582 miliar atau meningkat 22,1% (y-o-y). Pencapaian kinerja tersebut mencerminkan peningkatan aktivitas bisnis Bank BJB terutama di bidang penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga. /Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Sektor konsumsi masih menjadi motor pendorong utama pertumbuhan kredit PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB).

Direktur Utama BJB Ahmad Irfan menuturkan dari total penyaluran kredit yang disalurkan perseroan per semester I tahun ini senilai Rp52,21 triliun, sebesar 69,31% atau Rp36,19 triliun merupakan kredit konsumer. Menyusul, kredit komersial yang sebesar 14,54% atau senilai Rp7,59 triliun, kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 8,62% atau senilai Rp4,50 triliun, dan kredit mikro sebesar 7,53% atau senilai Rp3,92 triliun.

"Kredit konsumer masih mendominasi portofolio kredit yang disalurkan BJB sepanjang kuartal II. Pertumbuhannya terus meningkat mencapai 14,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ucapnya di Jakarta, Kamis (30/7/2015).

Di tengah perlambatan ekonomi, penyaluran kredit BJB pada paruh pertama tahun ini tercatat tumbuh sebesar 9,4% secara tahunan dibandingkan semester I/2014 yang senilai Rp47,71 triliun. Secara konsolidasi, pertumbuhan kredit emiten berkode saham BBJB ini tercatat sebesar 11%.

Di antara keempat segmen penyaluran kredit perseroan, kredit mikro satu-satunya segmen kredit yang mengalami penurunan, yakni turun sebesar 22,7% dari Rp5,07 triliun pada kuartal II/2014 menjadi Rp3,92 triliun pada kuartal II/2015.

Irfan menjelaskan penyaluran kredit mikro perseroan mengalami koreksi karena adanya konsolidasi internal. Perseroan memilih untuk menghentikan kredit mikro bilateral dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dan sistem teknologi informasi serta fokus dalam pertumbuhan kredit mikro linkage dengan 150 bank perkreditan daerah (BPR). Irfan memproyeksi adanya pertumbuhan kredit mikro sebesar 10% melalui kerjasama dengan BPR.

Direktur Konsumer BJB Fermiyanti menuturkan kredit konsumer perseroan sebagian besar merupakan kredit tanpa agunan (KTA) atau personal loan yang diberikan kepada para pegawai negeri sipil yang pembayaran gajinya melalui BJB.

Untuk meningkatkan penyaluran  kredit konsumer, perseroan bekerjasama dengan BPR dan juga BPD lain yang permintaan kredit di daerahnya masih tinggi, namun likuiditas bank-bank tersebut sudah tidak mencukupi.

"Kami sudah masuk chanelling dengan BPR terkait Taspen. Sudah ada kerjasamanya dengan beberapa BPR, namun belum banyak," katanya.

Perseroan sebelumnya telah merevisi target pertumbuhan kredit ke level 13% dari rencana awal yang sebesar 15%. Irfan berharap di semester II nanti kondisi perekonomian global dan nasional sehingga target tersebut dapat tercapai. Perseroan akan tetap mengutamakan bisnis yang berkualitas dengan meningkatkan prinsip kehati-hatian di tengah kondisi makro ekonomi yang belum stabil.

Adapun pada semester I tahun ini, perseroan meraih laba bersih senilai Rp582 miliar atau naik sebesar 21,8% secara year on year (yoy). Peningkatan laba ini didorong oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh sebesar 10% secara tahunan dari Rp2,12 triliun menjadi Rp2,33 triliun serta credit recovery program yang menurunkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perseroan dari 4,2% pada kuartal I/2015 menjadi 3,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper