Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KUARTAL III/2015: Bankir Kian Dalam Menginjak Rem

Memasuki kuartal III/2015, kalangan bankir kian dalam menginjak rem untuk menahan laju peningkatan rasio kredit bermasalah mengingat kondisi ekonomi yang dinilai belum meningkat secara optimal.
Dirut Bank Mandiri Tbk. Budi G Sadikin (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro./JIBI-Akhirul Anwar
Dirut Bank Mandiri Tbk. Budi G Sadikin (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro./JIBI-Akhirul Anwar

Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki kuartal III/2015, kalangan bankir kian dalam menginjak rem  untuk menahan laju peningkatan rasio kredit bermasalah mengingat kondisi ekonomi yang dinilai belum meningkat secara optimal.

Sementara itu, bankir meyakini kondisi likuiditas masih akan melanjutkan pelonggaran  meski proyeksi kenaikan suku bunga acuan The Fed masih membayangi.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada sisa akhir tahun ini, pertumbuhan ekonomi diprediksi belum akan terakselerasi secara maksimal. Apalagi, harga komoditas masih terus turun dan ekonomi China belum menunjukkan perbaikan.

Mengacu pada proyeksi tersebut, Budi menjelaskan pihaknya lebih memilih langkah konservatif dengan menambah alokasi pencadangan.

“Sehingga kami tidak ingin profitnya besar, karena belum tentu membaik pada September. Jadi kami lihat bank mesti jago mengerem sehingga kredit macet enggak naik,” jelas Budi di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pada paruh pertama tahun ini, Bank Mandiri memilih untuk meningkatkan provisi sebesar 40,7% menjadi Rp3,99 triliun. Di periode yang sama, Bank Mandiri mencatatkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sebesar 2,43% atau naik 28 basis poin (bps) dari 2,15% pada kuartal IV/2014. Sementara, secara tahunan, rasio tersebut naik 20 bps dari 2,23%.

Dari sisi likuditas, Budi mengakui ada pengetatan pada pertengahan tahun lalu. Namun, dalam sebulan terakhir, kondisi tersebut mulai membaik. Budi pun optimistis pelonggaran tersebut tetap berlangsung di sisa akhir tahun ini. Proyeksi pembaikan likuiditas ini pun, lanjutnya, telah memperhitungkan rencana kenaikan suku bunga The Fed.

“Walaupun likuiditas lebih baik, tapi kalau ekonomi belum naik, kami tetap hati-hati menyalurkan kredit. Kami pilih proyek yang aman yakni proyek pemerintah,” kata Budi.

Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Rico Rizal Budidarmo mengatakan dengan memasukkan proyeksi kenaikan Fed Fund Rate pada tahun ini, pihaknya tetap tak melihat adanya tekanan pada likuiditas perseroan. Apalagi, porsi dana pihak ketiga (DPK) emiten berkode saham BBNI ini masih didominasi oleh dana murah (current account and savings account/CASA) yang mencapai 63,2% .

“Kami lihat likuiditas tidak ada tekanan, yang kami fokuskan mengenai kualitas aset,” ujar Rico.

Untuk menjaga kualitas aset, Rico menuturkan pihaknya berupaya menekan suku bunga agar debitur tak kian terbebani. Adapun, hingga akhir tahun nanti, BNI diproyeksikan bakal mencatatkan NPL di posisi 2,6% ditopang relaksasi kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dari laporan keuangan BNI per Juni 2015, NPL gross tercatat sebesar 2,98% atau naik 98 bps dari 2% pada akhir Desember 2014. Adapun, secara tahunan, posisi tersebut naik 79 bps dari 2,19% pada Juni 2014.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D. W. Martowardojo mengakui rasio kredit bermasalah industri perbankan secara nasional mengalami peningkatan ke posisi 2,6%. “Tapi itu gross. Secara netto, NPL perbankan di bawah 1,4%.  Ini kondisi yang perlu diperhatikan tapi masih baik,” ungkap Agus.

Dia juga menuturkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2015 belum mengalami peningkatan signifikan dibanding kuartal sebelumnya. Namun, dengan adanya realisasi anggaran pemerintah pada semester II/2015, dinilai Agus bakal menyumbang pergerakan ekonomi.

Kendati demikian, pada paruh kedua tahun ini, ketidakpastian global dinilai masih membayangi kondisi ekonomi dalam negeri. “BI melihat Fed Fund Rate masih akan naik pada September dan perkembangan di China juga masih diperhatikan. Jadi ketidakpastian masih tinggi di tingkat global,” kata Agus.

Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto juga menilai kondisi NPL bank masih aman. Pasalnya, dia melihat bankir sangat berhati-hati dalam menjaga NPL.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper