Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dilematis, BI Rate Diprediksi Tetap Bulan Ini

Akumulasi perlambatan ekonomi dan tekanan pada nilai tukar rupiah yang semakin dalam diproyeksi akan menempatkan posisi otoritas moneter tetap mempertahankan dosis suku bunga acuan di level 7,5% bulan ini.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA--Akumulasi perlambatan ekonomi dan tekanan pada nilai tukar rupiah yang semakin dalam diproyeksi akan menempatkan posisi otoritas moneter tetap mempertahankan dosis suku bunga acuan di level 7,5% bulan ini.

Ekonom BCA David Sumual mengatakan saat ini Bank Indonesia memang dihadapkan pada situasi yang dilematis karena masih melambatnya ekonomi nasional, kecenderungan meningkatnya harga pangan, serta tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar.

"Posisinya memang agak sulit, tapi kemungkinan masih ditahan [7,5%], katanya ketika dihubungi," Senin (17/8/2015).

Menurutnya, langkah ini menjadi jalan tengah yang bisa diambil karena masih ada tekanan global khususnya terkait normalisasi moneter Amerika Serikat. Kondisi ini pun membuka peluang kenaikan BI Rate.

Kondisi rupiah saat ini pun, sambungnya, lebih banyak dipengaruhi sentimen global terkait rencana kenaikan Fed Rate dan devaluasi yuan yang dilakukan China. Dari sisi domestik juga tidak ada sentimen positif yang mampu menguatkan nilai tukar rupiah.

Bahkan, perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo bulan ini juga tidak memberikan tambahan kepercayaan pada pasar. Situasi ini menunjukkan masih ragunya pasar dan menunggu implementasi seluruh kebijakan yang direncakan pemerintah.

Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai penurunan BI Rate saat ini tidak akan menolong pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek karena tidak selalu diikuti dengan penurunan suku bunga kredit.

Penurunan suku bunga yang tidak dilakukan secara berkali-kali justru memiliki risiko besar pada pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam.

Untuk saat ini, lanjut dia, Bank Sentral sebaiknya masih mempertahankan suku bunga acuannya. Namun, terus melemahnya rupiah yang dibarengi rencana kenaikan Fed fund rate menguatkan peluang penambahan dosis pengetatan BI bulan depan.

"Ini menguatkan kenaikan bulan depan bersamaan dengan pertemuan FOMC [Fed Open Market Committee]," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper