Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Setoran Dividen 2016 Merosot 15,7%

Perlambatan ekonomi nasional dan pelemahan harga komoditas yang berdampak pada turunnya laba beberapa perusahaan pelat merah membuat pemerintah menurunkan setoran dividen BUMN tahun depan sekitar 15,7%.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Perlambatan ekonomi nasional dan pelemahan harga komoditas yang berdampak pada turunnya laba beberapa perusahaan pelat merah membuat pemerintah menurunkan setoran dividen BUMN tahun depan sekitar 15,7%.

Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan patokan setoran dividen BUMN dalam RAPBN 2016 senilai Rp31,16 triliun, turun 15,7% dari target APBNP 2015 Rp37,0 triliun sudah berkurangnya laba perusahaan pelat merah tahun ini dibandingkan 2014.

"Itu sudah memperhitungkan laba tahun ini yang turun," ujarnya ketika ditemui di kantor Kemenko Perekonomian, Senin (17/8/2015).

Kendati demikian, pihaknya belum bisa memastikan alokasi BUMN yang akan dikenai pemangkasan dividen bahkan dibebaskan dari setoran dividen. Dia berujar keputusan terkait detil pembagian BUMN akan ditentukan pemerintah setelah mendapatkan kesepakatan pagu setoran dividen dengan DPR dalam pembahasan RAPBN.

Dalam nota keuangan dan RAPBN 2016 disebutkan nilai setoran Rp31,16 triliun tersebut terbagi atas BUMN perbankan senilai Rp6,94 triliun naik dari pagu tahun ini Rp6,8 triliun dan BUMN non perbankan senilai Rp24,21 triliun turun dari target APBNP 2015 senilai Rp30,2 triliun.

Hingga 31 Desember 2014 tercatat 5 BUMN di sektor perbankan dan 114 BUMN di sektor non perbankan seperti sektor pertambangan, energi, jasa konstruksi, jasa perhubungan, dan telekomunikasi. Dalam dokumen tersebut dituliskan pemerintah melakukan penyesuaian target dividen BUMN sektor perminyakan, pertambangan, dan perkebunan sesuai dengan kondisi ekonomi makro terkini.

Askolani berujar BUMN yang berbasis komoditas memang diproyeksi akan mengalami penurunan laba tahun ini. PT Pertamina (Persero) yang selama ini menjadi penyetor dividen terbesar pun, lanjutnya, tengah mengalami penyusutan laba.

PT Pertamina (Persero) misalnya tahun lalu hanya mencatatkan laba Rp18,23 triliun, merosot dari laba 2013 senilai Rp32,05 triliun. Sementara tahun ini, persisnya pada semester I, laba hanya tercatat US$570 juta atau anjlok hampir 50% dibandingkan dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya US$1,13 miliar.

Askolani berujar kondisi murni dipengaruhi turunnya harga minyak dunia bukan perubahan skema subsidi yang saat ini berlangsung. Selain Pertamina, yang berpotensi mengalami penurunan laba juga dari BUMN yang bergerak di perkebunan.

Untuk BUMN bidang jasa, Askolani berujar faktor perlambatan ekonomi tidak akan berpengaruh banyak, apalagi bagi perusahaan pelat merah yang bergerak di sektor domestik seperti PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dan PT Pelni (Persero).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper