Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terus Menguat, BTN Hati-hati Cari Pinjaman Luar Negeri

Di tengah kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang cenderung meningkat, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. berhati-hati dalam mencari pendanaan dari luar negeri.
Direktur Utama Bank BTN Maryono/Bisnis.com
Direktur Utama Bank BTN Maryono/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang cenderung meningkat, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.  berhati-hati dalam mencari pendanaan dari luar negeri.

Direktur Treasury & Asset Management BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan pihaknya meminta fasilitas lindung nilai atau hedging kepada pihak kreditur. Hal ini disebabkan pemasukan yang diterima perseroan berupa rupiah.

"Kalau kami pinjam valas, harus hedging. Kalau misal kami dapat dari Asian Development Bank (ADB) dan biaya hedge kami lebih mahal, kami mungkin minta dia yang hedge," ucapnya di Jakarta.

Bank pelat merah itu tengah menjajaki utang luar negeri dari 3 lembaga internasional dengan nilai sekitar US$1 miliar. Adapun tujuan dari rencana ULN itu untuk membiayai program satu juta rumah yang digalakkan pemerintah.

Dalam kajian Bank BTN, lembaga internasional International Finance Corporation (IFC) dan ADB berpotensi memberi pinjaman senilai US$500 juta, ditambah rencana penjajakan dari Bank Dunia yang diprediksikan US$500 juta dengan tenor 10 tahun hingga 15 tahun.

Iman menuturkan permintaan terkait lindung nilai ini telah disampaikan kepada calon pemberi pinjaman. "Nanti kalau dana pinjaman masuk, kami akan sedikit rem dana pihak ketiga (DPK)," ujarnya.

Selain mencari pinjaman dari lembaga luar negeri, Bank BTN juga tengah menggali potensi dana dari instansi pemerintah untuk meningkatkan porsi DPK.

Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan perseroan juga akan menggelar sekuritisasi pada paruh kedua tahun ini.

Emiten berkode saham BBTN ini akan menggandeng PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) untuk melakukan sekuritisasi. Maryono menjelaskan underlying sekuritisasi tersebut berupa aset KPR sebanyak 500.000 unit. “Nilai underlying-nya tinggal dihitung jika rata-rata unit itu Rp120 juta.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper