Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NPF MERANGKAK NAIK: Harapan Besar Pada 2 Bank Umum Syariah

Tekanan pada rasio pembiayaan bermasalah di industri perbankan syariah yang telah mendekati threshold diprediksi bakal mereda sejalan dengan segera rampungnya konsolidasi yang tengah dilakukan dua bank umum syariah terbesar di Indonesia.
Bank Mandiri Syariah. /
Bank Mandiri Syariah. /

Bisnis.com, JAKARTA—Tekanan pada rasio pembiayaan bermasalah di industri perbankan syariah yang telah mendekati threshold diprediksi bakal mereda sejalan dengan segera rampungnya konsolidasi yang tengah dilakukan dua bank umum syariah terbesar di Indonesia.

Adapun, dari data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan hingga Mei 2015, rasio non-performing financing (NPF) Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) tercatat sebesar 4,76% atau naik 74 basis poin (bps) secara tahunan (y-o-y). Data ini juga merekam, NPF bank syariah sempat melewati threshold atau sebesar 5,1% pada Februari 2015.

Deputi Komisioner OJK Mulya E. Siregar mengungkapkan posisi NPF industri perbankan syariah pada Juni 2015 tak banyak bergerak dari presentase pada bulan sebelumnya. Penyebab kenaikan NPF, lanjut dia, yakni rencana bisnis dua bank syariah terbesar di Indonesia yang lebih mengutamakan konsolidasi sehingga mengerem laju kenaikan pembiayaan.

Namun, Mulya meyakini posisi NPF tersebut akan mencatatkan penurunan sejalan dengan rampungnya konsolidasi bisnis di dua entitas penguasa pangsa syariah tersebut.

“Dua bank syariah ini menguasai hampir 50% pembiayaan, sementara kreditnya enggak jalan, sehingga angka macetnya jadi besar. Tapi mudah-mudahan di paruh kedua sudah selesai konsolidasi sehingga akan membaik,” ujar Mulya di Jakarta.

Adapun, hingga paruh pertama tahun ini, ada dua BUS yang memiliki pangsa perbankan syariah terbesar. Per Juni 2015, PT Bank Syariah Mandiri mencatatkan nilai aset Rp66,95 triliun atau naik tipis dari Rp66,94 triliun di akhir tahun lalu. Menyusul PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. tercatat memiliki aset sebesar Rp55,85 triliun, terkoreksi 10,5% dari Rp62,41 triliun pada akhir tahun lalu.

Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Strategi BSM Agus Dwi Handaya mengatakan perseroan memang mengutamakan konsolidasi bisnis.

Menurutnya, BSM juga membidik kualitas aset pada akhir tahun nanti akan terjaga di posisi 5%. Salah satu upaya yang dilakukan perseroan, tambah Agus, yakni dengan membentuk bagian khusus yang menangani pembiayaan bermasalah.

Selain itu, sebut Agus, BSM juga terus berupaya mempercepat proses lelang agunan pembiayaan bermasalah dan memakai jasa pengacara untuk menyelesaikan kasus pembiayaan bermasalah yang berat. Hingga akhir tahun nanti, perseroan menargetkan bakal menyelesaikan restrukturisasi pembiayaan bermasalah mencapai Rp400 miliar.

Direktur Utama BSM Agus Sudiarto juga mengungkapkan untuk menekan angka NPF, perseroan memisahkan pengelolaan good bank dan bad bank. “Apa yang dilakukan di Bank Mandiri [induk usaha BSM], itu kami terapkan di BSM. Sehingga teman-teman bisa konsentrasi kerja,” kata Agus.

Adapun, dari laporan keuangan publikasinya pada Juni 2015, BSM mencatatkan NPF gross sebesar 6,67%, naik tipis dari 6,46% di bulan yang sama tahun lalu. Sementara itu, pembiayaan yang disalurkan anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. ini tumbuh 2,88% dari Rp48,8 triliun pada akhir 2014 menjadi Rp50,25 triliun di Juni 2015.

Sementara itu, Direktur Utama Bank Muamalat Endy Abdurrahman mengungkapkan tahun ini pihaknya merevisi target pertumbuhan pembiayaan sebesar 10%. Menurutnya, langkah tersebut diambil perusahaan sebagai proyeksi realistis atas situasi ekonomi yang tengah terjadi saat ini.

Dari laporan keuangannya, hingga Juni 2015, bank syariah pertama di Indonesia ini mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp41,37 triliun atau terkoreksi 3,98% dari Rp43,08 triliun di Desember 2014. Pada pertengahan tahun ini, rasio NPF gross perusahaan pun tercatat naik 163 bps dari 3,3% pada Juni 2014 menjadi 4,93%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper