Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Merosot, Sektor Properti Terpukul dengan Lonjakan Kredit Bermasalah

Bank Indonesia menilai industri perbankan yang beroperasi di Sumatra Utara harus memberikan perhatian khusus pada sektor kredit pemilikan rumah (KPR).
Pembangunan rumah baru di salah satu perumahan di Depok, Jawa Barat, Sabtu (26/7). /Nurul Hidayat-Bisnis.com
Pembangunan rumah baru di salah satu perumahan di Depok, Jawa Barat, Sabtu (26/7). /Nurul Hidayat-Bisnis.com

Bisnis.com, MEDAN--Bank Indonesia menilai industri perbankan yang beroperasi di Sumatra Utara harus memberikan perhatian khusus pada sektor kredit pemilikan rumah (KPR).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Utara Difi A. Johansyah menjelaskan dalam Kajian Ekonomi Regional (KER) bahwa sektor KPR mengalami perlambatan sehingga berdampak pada meningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang melewati batas yang ditetapkan BI.

"Perlambatan tersebut diiringi dengan kenaikan risiko NPL mencapai 5,02% melewati batas aman yang ditetapkan," demikian seperti tertulis dalam Kajian Ekonomi Regional yang dikutip Bisnis.com, Sabtu (29/8/2015).

Pada kuartal II/2015, BI mencatatkan kredit rumah tangga didominasi oleh kredit multiguna, KPR dan kredit kendaraan bermotor. Meski KPR mendominasi, tetapi sektor tersebut masih mencatatkan pertumbuhan yang negatif karena masyarakat enggan untuk membeli barang tahan lama.

Sebelumnya, BI telah merilis peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/10/PBI/2015 tentang rasio loan to value (LTV) atau financing to value (FTV) untuk kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor dan KPR. Regulasi tersebut meliputi kenaikan 10% rasio LTV untuk kredit properti semua tipe rumah serta penurunan 5% uang muka kredit kendaraan bermotor

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Sumatra Utara Umar Husin, sebelumnya, mengatakan, sepanjang tahun ini, perlambatan juga melanda pembangunan properti di Sumut. Menurutnya, pembangunan rumah menengah dan mewah, bakal menurun 25%-30% hingga akhir tahun ini.

Umar menuturkan pada tahun lalu, penurunan pembangunan properti mencapai 10% untuk rentang harga rumah menengah yakni Rp500 juta hingga Rp700 juta. "Pembangunan rumah untuk pasar menengah dan atas sudah menunjukkan perlambatan sejak tahun lalu," ungkapnya.

REI menilai segmen kelas menengah masih belum prospektif hingga akhir tahun ini. Namun, asosiasi juga mendukung program pembangunan 1 juta rumah yang  dicanangkan oleh pemerintah. REI mencatat telah membangun 4.700 unit rumah sejahtera tapak (RST) dari total target pembangunan 7.500 unit rumah hingga akhir tahun ini.

Umar mengungkapkan fokus pembangunan di Sumut pada tahun ini adalah RST, sebab 65% anggota REI Sumut menggarap sektor tersebut. Dia optimistis mampu mencapai target tersebut hingga akhir tahun.

Sementara itu, penyaluran kredit konsumsi pada Juni 2015 mencapai Rp39,9 triliun, tumbuh 6,57% dari posisi Rp37,44 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Bila ditelisik dari porsi, maka kredit konsumsi mencapi 23,19% dari outstanding kredit di Sumatra Utara yang mencapai Rp172,07 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper