Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Rasio Kredit Macet BII Terbantu Kebijakan OJK

Bisnis.com, JAKARTARasio kredit bermasalah di PT Bank Internasional Indonesia Tbk. diproyeksikan bakal terus mengalami penurunan hingga ke posisi di bawah 3% ditopang relaksasi kebijakan restrukturisasi yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan.
BII/Ilustrasi-bisnis.com
BII/Ilustrasi-bisnis.com

Bisnis.com,JAKARTA - Rasio kredit bermasalah di PT Bank Internasional Indonesia Tbk. diproyeksikan terus menurun hingga ke posisi di bawah 3% ditopang relaksasi kebijakan restrukturisasi yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan.

Dari laporan keuangan emiten berkode saham BNII ini, non-performing loan (NPL) gross perusahaan pada Juni 2015 tercatat sebesar 3,48% atau naik 80 basis poin (bps) dari 2,68% di bulan yang sama tahun lalu.

Direktur Keuangan BII Thilagavathy Nadason mengungkapkan perusahaan memang tengah berfokus dalam penanganan NPL mengingat kenaikannya yang cukup signifikan.

“Dengan relaksasi aturan yang dikeluarkan OJK [Otoritas Jasa Keuangan] tentang restrukturisasi dan kerja keras kami, pada Desember nanti NPL kami bisa turun,” jelas Thila di Jakarta, beberapa waktu lalu. 

Dalam proyeksinya, dengan adanya relaksasi aturan restrukturisasi tersebut, pada akhir tahun nanti posisi NPL BII bakal sama dengan posisi di akhir 2014. “Mungkin 2015 ini NPL tidak akan jauh posisinya dari tahun 2014,” kata Thila.

Adapun, laporan keuangan BII menunjukkan pada akhir tahun lalu, perusahaan membukukan NPL gross (bank only) sebesar 2,23% atau naik tipis 12 bps dari 2,11% di Desember 2013.

Hingga akhir tahun nanti, Thila menyebutkan pihaknya membidik pertumbuhan kredit di posisi 10,8% secara keseluruhan dari target awal sebesar 17%. Revisi ini, kata dia, dilakukan mengingat hingga Juli 2015, pertumbuhan kredit belum menunjukkan akselerasi signifikan.

Thila memaparkan kredit per Juli 2015 di BII baru berada di posisi Rp109 triliun atau tumbuh tipis dari penyaluran pinjaman di bulan sebelumnya.

Adapun, hingga pertengahan tahun ini, BII mencatatkan penyaluran kredit senilai Rp108,5 triliun atau tumbuh 2,02% secara year to date (y-t-d) dari Rp106,3 triliun pada Desember 2014.

Presiden Direktur BII Taswin Zakaria mengungkapkan adanya peningkatan NPL di perusahaan disebabkan kondisi perlambatan ekonomi secara umum yang berdampak pada nasabah.

Sementara itu, laporan yang dirilis di situs resmi BNII menyebutkan penurunan kualitas aset tersebut terutama disumbang pelemahan segmen global banking perusahaan.

Segmen ini mengalami tekanan akibat perlambatan ekonomi, pelemahan harga minyak, gas, dan CPO, serta pelemahan nilai tukar.

Data tersebut mencatat, sejak akhir tahun lalu NPL BII secara bertahap terus menanjak. Pada Maret 2015, NPL BII naik 57 bps menjadi 2,8%. Kemudian, rasio tersebut kembali naik 68 bps ke 3,48% di Juni 2015.

Kendati demikian, perusahaan mengklaim kualitas aset dari segmen kredit utama yakni business banking dan retail banking masih dalam posisi sehat.

Selain itu, anak usaha perusahaan yakni BII Finance dan WOM pun disebutkan mencatatkan NPL yang terjaga yakni di posisi masing-masing sebesar 0,33% dan 2,91%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper