Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Mengapa Bank Indonesia Selama 7 Bulan Menahan BI Rate

keputusan untuk tetap menahan BI rate di level 7,5% tersebut telah mempertimbangkan banyak faktor, terutama kemungkinan rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menahan tingkat suku bunga acuan atau BI Rate di 7,50% dengan suku bunga Deposit Facility juga tetap 5,50% dan Lending Facility pada level 8,00%.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan keputusan untuk tetap menahan BI rate di level 7,5% tersebut telah mempertimbangkan banyak faktor, terutama kemungkinan rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (the Fed).

"Keputusan BI Rate untuk tetap dipertahankan ini sudah mengakomodasi rencana The Fed menaikkan suku bunga acuannya. Naik berapapun poinnya ini sudah keputusannya di 7,5% tapi kami harapkan tidak terlalu tinggi," ujarnya di Gedung BI, Kamis (17/9/2015) malam.

Selain itu, Fed Fund Rate atau FFR, kebijakan bank sentral China untuk mendevaluasi mata uang yuan juga menjadi pertimbangan BI untuk tetap menahan BI rate.

Sehubungan dengan itu, lanjutnya, fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek tetap diarahkan pada langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Hal itu dilakukan dengan terus memperkuat operasi moneter di pasar uang rupiah dan valuta asing, memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valas, serta melanjutkan langkah-langkah pendalaman pasar uang.

Tirta menegaskan Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar, dan stabilitas sistem keuangan dalam mendukung kesinambungan perekonomian.

Bank sentral, tambahnya, memandang positif paket kebijakan Pemerintah yang diluncurkan pada tanggal 9 September 2015 sebagai langkah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan reformasi struktural yang diperlukan dalam memperkuat perekonomian Indonesia.

"Ke depan, koordinasi dengan Pemerintah akan terus diperkuat untuk mendukung efektivitas dan konsistensi kebijakan struktural yang menjadi kunci perbaikan prospek ekonomi Indonesia," tutur Tirta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper