Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan

Saat ini perekonomian Indonesia tengah menghadapi situasi dimana banyak arus modal keluar dari emerging market termasuk Indonesia. Hal itu terjadi karena rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed atau Fed Federal Reverse (FFR).
 Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara./JIBI
Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara./JIBI
Bisnis.com, JAKARTA - Selama 7 bulan dari Februari hingga September, Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 7,5%.
 
Inflasi pada Agustus 2015 tercatat rendah sebesar 0,39% secara bulanan atau 7,18% secara tahunan.
 
Pergerakan nilai tukar rupiah pada Rabu (30/9) di pasar spot berakhir di level Rp14.653 per dolar AS. Lalu apa alasan Bank Sentral belum menurunkan BI Rate saat ini?
 
Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan saat ini perekonomian Indonesia tengah menghadapi situasi dimana banyak arus modal keluar dari emerging market termasuk Indonesia.
 
Hal itu terjadi karena rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed atau Fed Federal Reverse (FFR).
 
"Kalo kemudian BI rate diturunkan pada saat permintaan dollar sedang tinggi yang terjadi adalah malahan konversi ke dollar lebih banyak, sehingga harapan dari teman-teman pengusaha bahwa kalo BI rate turun kemudian suku bunga kredit turun tidak terjadi juga," ujarnya di Gedung BI, Rabu (30/9/2015).
 
Menurutnya, penurunan suku bunga kredit perbankan yang diharapkan tidak akan terjadi walaupun BI rate turun. Pasalnya, perbankan bakal menaikkan suku bunga deposito rupiah untuk menjaga nasabah tidak mengkonversi mata uang rupiah ke dolar AS.
 
"Jadi bukan berarti bahwa BI rate turun maka semuanya akan turun, enggak begitu lho. Ini kita bicara aliran modal, kalau bi rate turun pun tapi kemudian terjadi konversi ke dolar lebih banyak maka bank naikkan bunga deposito rupiahnya karena dia enggak ingin nasabah convert. Nasabah malah banyak beli dolar.
 
Penurunan suku bunga acuan, tambahnya, hanya akan dilakukan apabila kondisi ekonomi global dan dalam negeri serta kurs rupiah telah stabil.
 
"Hanya bisa kalau situasi stabil. BI ratenya turun, jadi tolong bisa dimengerti teman-teman pengusaha, teman-teman di politisi. Bank Indonesia pasti memperhatikan pertumbuhan ekonomi juga," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper