Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BNI Raih Pinjaman CDB US$1 Miliar, Ini Rencana Penggunaan Dananya

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menjadi salah satu bank yang memperoleh pinjaman dari China Development Bank atau CBD senilai US$1 miliar.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Achmad Baiquni./JIBI-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Achmad Baiquni./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menjadi salah satu bank yang memperoleh pinjaman dari China Development Bank atau CBD senilai US$1 miliar.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan pinjaman tersebut rencanya akan digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur pemerintah dan pengelolaan likuiditas serta cashflow jangka panjang.

"Pinjaman dari CDB akan digunakan untuk ekspansi bisnis, infrastruktur, dan pengelolaan likuiditas jangka panjang. Ada delapan target ekspansi kredit," ujarnya seperti yang dikutip, Rabu (30/9/2015).

Perseroan berencana menambah pendanaan dari sumber non konvensional, yaitu bukan lagi dari giro, deposito, dan tabungan tapi dari sumber lain pada tahun ini hingga 2017.

Hingga September 2015, dana valuta asing (valas) BNI mencapai US$5,6 miliar, terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK) US$4,2 miliar dan dana non konvensional termasuk pinjaman dari CDB senilai US$1,4 miliar.

"Dengan adanya pinjaman ini, bisa kita lihat pada 2015 sampai 2016 banyak pinjaman valas yang jatuh tempo. Ada global bond senilai US$ 500 juta yang akan jatuh tempo pada tahun 2017," katanya.

Baiqunimemperkirakan akan banyak pinjaman valas yang jatuh tempo seperti adanya global bond senilai US$500 juta di 2017 dan ada pinjaman dari beberapa bank US$500 juta yang akan jatuh tempo.

"Untuk 2016, ada utang bilateral yang totalnya US$ 500 juta pada akhir 2016. Dengan adanya pinjaman CDB, kami akan mendapatkan dana segar untuk jangka waktu dua tahun. Kalau obligasi hanya sampai 5 tahun, pinjaman CDB bisa diperpanjang sampai 10 tahun," ucapnya.

Bank berkode emiten BBNI itu siap menyalurkan kredit ke proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan nilai US$860 juta, sedangkan untuk pembangunan infrastruktur transportasi US$181 juta, dan pembangunan infrastruktur lain senilai US$100 juta.

"Kami juga berencana membiayai beberapa debiturnya, baik importir maupun eksportir yang berada beberapa sektor industri, seperti kertas dan semen," tutur Baiquni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper