Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Minta Negara Berkembang Waspada

International Monetery Fund atau IMF mengingatkan para pejabat keuangan di seluruh dunia untuk melindungi sistem finansial dari kemungkinan ketidakstabilan akibat Federal Reserves yang berencana untuk menaikkan suku bunga acuan.
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org
the Federal Reserve di Washington D.C./Ilustrasi-en.wikipedia.org

 

Bisnis.com, JAKARTA--International Monetery Fund atau IMF mengingatkan para pejabat keuangan di seluruh dunia untuk melindungi sistem finansial dari kemungkinan ketidakstabilan akibat Federal Reserves yang berencana untuk menaikkan suku bunga acuan.

Dana moneter itu mengungkapkan kebijakan yang salah langkah mengandung risiko yang bisa mengakibatkan tergelincirnya ekonomi global dan memicu aksi jual di pasar ekuitas.

Dalam rilis yang disebarkan melalui websitenya, Dana Moneter Internasional mengatakan tingkat utang yang tinggi di bank dan perusahaan swasta lainnya menyebabkan negara-negara berkembang rentan terhadap tekanan dan keluarnya arus modal ketika The Fed bersiap untuk menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2006.

“Pasar negara berkembang menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan diri dengan realitas pasar global baru dengan posisi kerentanan yang lebih tinggi karena prasyarat untuk menaikkan suku bunga The Fed sudah dipenuhi,” ujar IMF dalam laporan periodik yang dikutip dari Bloomberg, Kamis (8/10/2015).

IMF menegaskan China, bakal menghadapi tantangan untuk mengalihkan pertumbuhan dari sektor produksi ke konsumsi tanpa mengekspos kelemahan perusahaan yang terjerat utang serta bank dibebani dengan meningkatnya kredit bermasalah.

“Perkembangan pasar terbaru menggarisbawahi kompleksitas tantangan ini, serta keguncangan berpotensi kuat datang dari China,” papar IMF.

Sebelumnya, Dana Monter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada Selasa (6/10/2015) merevisi pertumbuhan ekonomi global hingga 0,2% menjadi 3,1%. Revisi terjadi karena melemahnya harga komoditas dan melambatnya ekonomi China.

IMF, dalam World Economic Outlook Oktober 2015, juga memangkas proyeksi volume perdagangan global menjadi 3,2% dari proyeksi Juli 4,1% pada akhir tahun ini.

Proyeksi volume perdagangan global IMF tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan estimasi Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) yang mengatakan volume akan tumbuh 2,8% pada 2015.

“Guncangan mungkin berasal dari negara maju atau berkembang dan dikombinasikan dengan kerentanan sistem yang belum terselesaikan, dapat menyebabkan gangguan aset pasar global dan pengeringan mendadak dari likuiditas pasar di banyak jenis aset,” kata IMF.

IMF menyatakan tingkat kegagalan perusahaan untuk membayar utang akan meningkat, terutama di China. Untuk mengurangi risiko utang itu, Negeri Tirai Bambu itu harus secara bertahap menarik dukungan pemerintah dari sistem keuangan.

Untuk mencegah keterguncangan sektor keuangan global, IMF menyarankan agar The Fed memperjelas serta konsisten mengkomunikasikan rencana untuk menaikkan suku bunga. Sementara itu para pemerintah di pasar negara berkembang perlu memonitor pergerakan mata uang asing dalam hal ini dolar AS dari perusahaan swasta yang melakukan pinjaman dalam bentuk mata uang tersebut.

Meski IMF telah mengingatkan untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika, informasi terkini menyebutkan dengan tanda-tanda inflasi domestik yang menurun, The Fed memiliki ruang lingkup yang cukup untuk melakukan penundaan kenaikan the Fed rate.

Jose Vinals, direktur departemen moneter dan pasar modal Dana Moneter Internasional, mengatakan menunggu kesempatan yang baik memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan melepas suku bunga acuan secara prematur.

“Saya tidak setuju dengan strategi menaikkan suku bunga seketika. Rekomendasi kami adalah untuk The Fed menunggu sampai ada tanda-tanda yang nyata bahwa inflasi benar-benar naik sebelum melepaskan suku bunga acuan,” ujarnya.

Kenaikan tingkat acuan suku bunga yang dilakukan untuk pertama kali oleh The Fed sejak 2006 akan dibahas oleh 20 menteri keuangan dan gubernur bank sentral pada Kamis (8/10) malam dan hasil pertemuan itu akan dipublikasikan sehari sesudahnya.

Chairman The Fed Janet Yellen mengatakan bank sentral itu masih berharap untuk menaikkan suku bunga acuan tahun ini, setelah tertunda bulan lalu. Akan tetapi, para ekonomtermasuk mantan Menteri Keuangan AS Lawrence Summers mempertanyakan apakah dengan menaikkan suku bunga acuan, AS bisa menahan tekanan biaya pinjaman yang menjadi lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper