Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Surplus, Darmin: Belum Cukup Membanggakan

Surplus neraca perdagangan Indonesia per September 2015 yang senilai US$1,02 miliar dinilai belum membanggakan.
Darmin Nasution/Antara
Darmin Nasution/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Surplus neraca perdagangan Indonesia per September 2015 yang senilai US$1,02 miliar dinilai belum membanggakan.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan surplus perdagangan per September 2015 yang senilai US$1,02 miliar tersebut terjadi karena nilai impor yang turun drastis dibanding ekspor, bukan karena peningkatan ekspor Indonesia.

"Jadi sebenarnya itu tetap ada berita baiknya tapi belum cukup. Dia akan cukup kalau surplusnya itu ekspor naik dalam totalnya," ujarnya di kantornya, Kamis (15/10/2015).

Indonesia, lanjutnya, belum memiliki andalan ekspor yang cukup selain sumber daya alam. Padahal, saat ini harga komoditas tengah mengalami gejolak sehingga berpengaruh pada ekspor Indonesia yang sebagian besar masih bergantung pada sektor komoditas.

Industri dalam negeri, menurutnya, tengah dalam kondisi yang sulit. Kendati demikian, Darmin menuturkan ada beberapa sektor industri yang ekspornya masih mengalami pertumbuhan positif yakni industri pangan, permata, dan perhiasan.

"Ada beberapa yaitu satu industri pangan, biskuit dan segala macam. Kedua adalah permata atau perhiasan, lumayan ya batu akik tapi enggak mungkin jadi besar. Ketiga barang kali ada motor, lalu keempat adalah alas kaki. Yg lain, kenaikannya sangat lambat atau malah turun," tutur Darmin.

Pemerintah, tambahnya, tidak tinggal diam menghadapi situasi tersebut. Untuk mendukung ekspor barang hasil industri, pemerintah melakukan deregulsi untuk menyederhanakan perizinan, mendorong investasi industri, serta pembiayaan ekspor terutama untuk sektor usaha kecil menengah (UKM).

Saat ini, sektor UKM yang harus didukung untuk dapat meningkatkan ekspor Indonesia.

"Kalau anda lihat OJK misalnya lembaga pembiayaan ekspor Indonesia (LPEI) itu diperbaiki. Prudensialnnya tadinya pakai rasio kecukupan modal atau CAR lalu diubah. LPEI kok pake CAR jadi meminjamkan rendah sekali. Itu sedang diubah. memamg enggak bisa serta merta. Ini sedang dekati final dan mudah mudahan segera berubah. Jadi LPEI bisa lebih banyak beri pinjaman," terang Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper