Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Multifinace Tunggu Penurunan BI Rate

Pelaku industri pembiayaan berharap penurunan suku bunga acuan dapat direalisasikan guna memaksimalkan potensi pertumbuhan industri multifinance pada 2016.
Ilustrasi pembiayaan
Ilustrasi pembiayaan

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri pembiayaan berharap penurunan suku bunga acuan dapat direalisasikan guna memaksimalkan potensi pertumbuhan industri multifinance pada 2016.

I Dewa Made Susila, Direktur Keuangan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk., mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun depan diyakini lebih baik dibandingkan 2015. Kinerja belanja pemerintah yang jauh lebih agresif, khususnya di sektor infrastruktur, menjadi salah satu alasan utamanya.

Menurutnya, kondisi yang dapat mengerek daya beli masyarakat perlu disokong dengan penurunan suku bunga acuan atau BI Rate. Hal itu dimungkinkan dengan tren penurunan inflasi yang terjadi hingga saat ini.

“Harapannya, dengan tekanan inflasi yang rendah, mestinya suku bu nga acuan turun. Seharusnya pada awal 2016,” ujarnya seperti dikutip Bisnis, Kamis (19/11/2015).

Dewa menjelaskan tren penaikan BI Rate yang terjadi sejak 2013 berdampak signifikan pada industri pembiayaan. Peningkatan yang kecenderungannya memicu kenaikan suku bunga pasar itu pun dinilai mengerek biaya dana multifinance.

Padahal, biaya dana menjadi salah satu komponen dominan yang menggerus margin keuntungan perusahaan. Di sisi lain, katanya, tren peningkatan suku bunga itu pada akhirnya juga mendorong peningkatan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF).

“Cashflow nasabah menjadi ketat sehingga bisa berdampak kepada NPF. Mul tifinance pun dilema untuk menaikkan kredit, juga untuk kredit baru,” ujarnya.

Karena itu, Made menuturkan penurunan BI Rate akan memberikan ruang bagi peningkatan daya beli masyarakat yang sejalan dengan kinerja ekonomi nasional pada 2016.

Meskipun begitu, dia menuturkan masih ada faktor eksternal yang men jadi pertimbangan khusus terkait dengan kebijakan tersebut, yakni rencana penaikan suku bu nga acuan Federal Reserve pada Desember 2015.

Keputusan The Fed yang memengaruhi kurs dolar Ame rika dan aliran dana keluar negeri itu dikhawatirkan mengganggu ki nerja ekonomi nasional.

Seperti diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada Selasa (17/11), diputuskan suku bunga acuan tetap dipertahankan di level 7,5% sebagai antisipasi kondisi ekonomi global.

Jodjana Jody, Presiden Direktur Astra Credit Companies (ACC), menuturkan suku bunga acuan yang hingga saat ini belum berubah menjadi salah satu patokan utama bagi pelaku industri untuk menentukan ekspansi pada 2016.

Karena itu, katanya, para pelaku juga masih menunggu realisasi penaikan suku bunga The Fed yang akan memengaruhi nilai tukar dan BI Rate.

“PDB [produk domestik bruto], ni lai tukar rupiah dan suku bunga acu an akan menjadi patokan utama in dustri,” ujarnya.

Faktor ketidakpastian tersebut, ujarnya, mendorong pelaku industri untuk lebih berfokus pada peningkatan kualitas kredit. Apalagi, kinerja industri pembiayaan pada 2015 tidak cukup cemerlang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper