Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SBY: Ekonomi Kapital Sangat Berbahaya

Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan sistem ekonomi kapital yang diterapkan di banyak negara yakni menyerahkan ke mekanisme pasar terbilang sangat membahayakan kelestarian lingkungan karena para pelaku cenderung serakah.
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan sistem ekonomi kapital yang diterapkan di banyak negara yakni menyerahkan ke mekanisme pasar terbilang sangat membahayakan kelestarian lingkungan karena para pelaku cenderung serakah./JIBI
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan sistem ekonomi kapital yang diterapkan di banyak negara yakni menyerahkan ke mekanisme pasar terbilang sangat membahayakan kelestarian lingkungan karena para pelaku cenderung serakah./JIBI

Bisnis.com, PALEMBANG -- Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan sistem ekonomi kapital yang diterapkan di banyak negara yakni menyerahkan ke mekanisme pasar terbilang sangat membahayakan kelestarian lingkungan karena para pelaku cenderung serakah.

"Ekonomi dunia saat ini masih konvensional dan kapital, menyediakan ke mekanisme pasar. Jika tidak segera dikoreksi dan diperbaiki maka akan mengancam keberlangsungan kehidupan manusia di bumi," kata SBY.

SBY mengemukakan itu dalam kuliah umum di Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang, Rabu (25/11/2015), bertemakan "Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dan Ekonomi Hijau Abad 21".

Untuk itu, lulusan S3 Institut Pertanian Bogor ini mengemukakan bahwa negara harus bertindak dan mengukuhkan keberadaannya sebagai penjaga lingkungan dengan bertanggung jawab penuh.

Menurutnya, ini berdasarkan koreksi atas penerapan revolusi industri pada abad ke-18 yang berujung pada kerusakan lingkungan secara masif, meski di sisi lain mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Jadi konsep pembangunan berkelanjutan harus dikedepankan, dan untuk sektor pertanian, model yang paling cocok yakni 'green economy' yakni sistem perekonomian yang mampu meningkatkan kualitas hidup manusia (sejahtera) dengan berkeadilan sosial (tidak ada lagi kelaparan)," tuturnya.

Menurut dia, Indonesia sebagai negara berkembang dengan perkirakan penduduk mencapai 306 juta jiwa di tahun 2035, harus bertransformasi total terkait pembangunan sektor pertanian ini.

"Mengapa? Karena jika tidak mau dan tidak mampu maka Indonesia akan tersisi dan menjadi bangsa yang tertinggal. Lantas, jika sudah begini maka Indonesia menjadi bangsa yang suram dan bermasalah," tukasnya.

Persoalannya, menurut SBY, mau atau tidak mau bangsa ini untuk berubah karena sejatinya konsep untuk mencapai ketahanan pangan dalam upaya mencapai kesejahteraan ini sudah diketemukan dan telah menjadi konsesus negara-negara di dunia.

Konsep 'green economy' ini tertuang dalam "Sustainable Development Goals" 2015-2030 (pengganti MDGs) yang tujuan utamanya mengurangi kemiskinan dan menghilangkan kelaparan. (SBY menjadi salah seorang koseptornya).

"Ini bukan persoalan ide barunya, tapi terkadang bangsa kita sendiri yang enggan berubah. Padahal sudah tahu salah, mengapa dipertahankan," ujar SBY dalam acara yang digagas Pandu Tani Indonesia ini.

Mulai saat ini, menurut SBY, negara harus berhitung dalam setiap penggunaan sumber daya alam dari mulai produksi, distribusi hingga konsumsi.

"Kita semua harus keluar dari ekonomi yang serakah dan beralih ke ekonomi hijau. Pakailah yang dibutuhkan saja," ujar kata Presiden The Global Green Growth Institute ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper